Seperti diketahui, kedua sosok ini merupakan mantan anak buah Edd Woordward. Mereka semua bankir.
Bisa dibayangkan, klub seperti MU seperti badut, dikemudikan oleh orang yang bukan di bidangnya.
BACA JUGA:Chelsea Hajar Preston End di Ajang FA Cup dengan Skor Akhir 4-0
Dan dosa besar Ten Hag adalah menyia-nyiakan Ralf Rangnick.
Eks pelatih interim MU itu seorang Direktur Sepak Bola yang sudah berhasil membesarkan dua klub Red Bull di Jerman dan Austria itu.
Rangnick terkenal dengan julukan Father of Gegen Pressing (sepak bola pro-aktif).
Filosofinya terkenal dan pernah sukses bersama Shalke 04 dan VfB Stuttgart.
Dalam artikelnya, Andy Mitten menyebut, Erik ten Hag di sinilah akar masalah dan kesalahan Ten Hag.
Eks pelatih Ajax Amsterdam itu seharusnya bisa lebih fokus melatih alih-alih terlibat langsung dengan pemantauan pemain.
Sebagai seorang manajer, Ten Hag hanya perlu menyodorkan kriteria pemain yang dia butuhkan, lalu berbicara.
Adapun rekrutan Ten Hag di musim keduanya seperti Antony dan Rasmus Hojlund, dinilai overprice.
Hal ini menyebabkan kedua pemain ini terbebani dan tekanan besar.
Antony yang menjadi bintang di Ajax, magisnya hilang di Inggris bersama MU.
Hojlund yang menjadi pemain muda dan pilihan kesekian di Atalanta, dibayar dengan harga tinggi.
Dua pemain ini menunjukkan kegagalan Ten Hag dalam memilih pemain di bursa transfer.