Keempat, pendapat Amam Al-Baihaqi yang mengutip pendapat Az-Zuhri, Isra’ dan Mi’raj terjadi pada Rabi’ul Awal tahun ke-13 setelah diutusnya nabi, yakni satu tahun sebelum hijrahnya Nabi ke Madinah.
Kelima, menurut pendapat As-Sadi, Isra’ dan Mi’raj terjadi pada sembilan belas bulan sebelum peristiwa Hijrah, yakni bertepatan dengan bulan Dzul Qa’dah.
Keenam, menurut Al-Harby, Isra’ dan Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rabiul Akhir satu tahun sebelum hijrahnya Nabi.
Ketujuh, pada bulan Ramadhan tahun ke-12 setelah kenabian, yakni enam belas bulan sebelum hijrahnya Nabi.
Kedelapan, pada bulan Muharram 13 tahun setelah kenabian, yaitu bertepatan dengan satu tahun dua bulan sebelum hijrahnya nabi.
Selain beberapa pendapat di atas, ada juga pendapat yang sangat lemah, yaitu terjadinya Isra’ dan Mi’raj sebelum Rasulullah saw diangkat sebagai nabi.
Hal ini dibantah oleh Imam An-Nawawi dalam Al-Minhaj-nya.
An-Nawawi menyebutkan bahwa pada malam Isra’ dan Mi’raj tersebut Nabi diperintahkan untuk mengerjakan shalat.
Tidak mungkin hal itu terjadi jika Nabi belum mendapatkan wahyu.
Hal ini juga dibuktikan dengan pendapat Ibnu Hisyam bahwa pada saat terjadinya Isra’ dan Mi’raj, Islam sudah tersebar di Kota Makkah.
BACA JUGA:Kisah Isra Miraj, Kisah Penting Nabi Muhammad SAW
Pendapat lain mengatakan bahwa Isra’ dan Mi’raj terjadi pada Jumat pertama bulan Rajab.
Malam itu adalah malam renungan atau malam kesedihan di mana Nabi merasa sedih karena ditinggalkan oleh paman dan istri tercintanya, Khadijah.
Namun menurut Al-Aini, pendapat ini tidak memiliki dasar sumbernya.
Dari berbagai pendapat tersebut, manakah yang paling benar atau minimal mendekati benar?