Katanya terdapat pembukaan hadits yang jarang dibaca oleh sebagian penceramah.
BACA JUGA:Daftar Makanan Buka Puasa dan Sahur yang Sehat Bagi Tubuh, Cek di Sini
"Lihat haditsnya dulu... 'Kaana Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Idzaa aftoro', ini yang jarang dibaca awalnya," jelasnya.
"'Apabila beliau berbuka', dalam rumus bahasa Arab, jika ada kata 'Idzaa' bersambung dengan past tense bentuknya, itu maknanya present, maknanya akan," lanjutnya.
UAH kemudian mencontoh salah satu ayat Al-Quran ketika Allah SWT menjanjikan penaklukan Mekkah oleh kaum muslimin.
"Contoh 'Idzaa jaaa anashrullah hiwalfathh', 'Apabila akan tiba pertolongan Allah.' Diterjemahkan telah datang pertolongan Allah. Saat itu sudah datang belum? Belum," katanya.
BACA JUGA:Selasa Puasa, Ini 25 Link Twibbon Ramadhan 2024, Gratis!
"Karena yang dimaksud adalah fathul Mekkah, saat itu belum terjadi. Maksudnya akan datang tapi pasti," jelasnya.
Kembali ke konteks makna doa buka puasa Dzahaba dan seterusnya, ia mengatakan terdapat kalimat kiyasan dalam doa buka puasa tersebut.
"Seakan-akan mengatakan jika kita terjemahkan, 'Apabila akan berbuka', lalu dikaitkan dengan 'Dzahabazhomma'. Ustaz kenapa menggunakan kata bentuk past tense tadi, telah? Kenapa tidak, 'akan'.
"Bapak-ibu sekalian ini menggambarkan makna kiyasan yang sangat dalam," terangnya.
BACA JUGA:Selasa Puasa, Ini 25 Link Twibbon Ramadhan 2024, Gratis!
Sebagai contoh, kata Ustaz Adi Hidayat, orang yang berpuasa akan hilang rasa hausnya ketika mendengar azan pertama kali.
"Perhatikan, bukankah orang puasa dengan dengar azan saja sudah hilang hausnya?
"Orang puasa saking senangnya dengar azan, belum minum pun sudah hilang hausnya," terangnya.
Ustaz Adi Hidayat berkesimpulan, secara pendekatan makna bahasa, waktu paling tepat saat doa buka puasa adalah sebelum minum.