JAKARTA, DISWAY.ID-- Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) melaporkan hingga saat ini performa industri minuman ringan masih belum pulih sejak pandemi Covid-19 dan diprediksi masih akan menghadapi tantangan pada tahun 2024.
Hal ini terlihat dari kinerja penjualan minuman ringan yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 2.6 persen pada tahun 2023 lalu, di luar Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).
Informasi ini disampaikan ASRIM pada konferensi pers “Kinerja Industri Minuman Tahun 2023, serta Peluang dan Tantangan Tahun 2024”, yang dilaksanakan pada Rabu 13 Maret 2024 di daerah Kuningan, Jakarta.
Ketua Umum ASRIM, Triyono Prijosoesilo, menyatakan bahwa kinerja industri minuman mengalami pertumbuhan yang negatif di tahun 2023, dengan pengecualian pada AMDK.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti laju inflasi pangan di Indonesia, meningkatnya biaya logistik, hingga meningkatnya harga bahan baku.
“Kemarau berkepanjangan telah mengakibatkan penurunan produktivitas pertanian di berbagai negara yang berakibat pada meningkatnya harga bahan baku,” ujar Triyono.
“Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa harga beras naik tinggi di 179 daerah di Indonesia. Menurut data BPS, harga rata-rata beras pada minggu pertama Februari 2024 naik 0,93 persen dibandingkan bulan sebelumnya dan pada minggu kedua bulan ini melesat 1,65 persen daripada Januari 2024,” jelasnya.
Di sisi lain, industri makanan dan minuman (mamin) berkontribusi signifikan terhadap total produk domestik bruto (PDB) Indonesia serta merupakan salah satu industri penyerap tenaga kerja terbesar.
Menurut data Kemenperin RI, industri makanan dan minuman berkontribusi 39,10% terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) di sektor nonmigas serta 6,55% terhadap PDB nasional pada tahun 2023 lalu.
Meski tingkat penjualan secara umum mengalami pertumbuhan sebesar 3,1 persen dari 2022 hingga 2023, tetapi di luar penjualan air mineral dalam kemasan, industri minuman mengalami pertumbuhan negatif.
Menilik pada kategori yang lebih mendalam, data Nielsen tahun 2023 menunjukkan bahwa kinerja kategori Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK) pada tahun 2023 turun drastis untuk seluruh jenis minuman, dengan penurunan terdalam pada minuman air teh kemasan yang mengalami penurunan sebesar 11.9 persen dari 2022 ke 2023.
Mengacu fakta tersebut, Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kemenperin RI, Merrijantij Punguan Pintaria, menyampaikan bahwa dengan melihat dampak ekonomi yang besar dari industri minuman ringan.
Hal itu dapat terus mendorong pemulihan kinerja industri melalui berbagai program pemerintah, seperti program pameran produk makanan dan minuman di dalam dan di luar negeri.
"Restrukturisasi mesin peralatan, mendorong pemberian berbagai insentif fiskal seperti tax holiday, tax allowance dan super deduction tax, serta mendorong transformasi digital menuju industri 4.0. Kami berharap kinerja industri minuman bisa kembali tumbuh positif seperti sebelum pandemi,” ujar Merrijantij.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal, mengungkapkan bahwa dengan melihat kondisi ekonomi saat ini, industri minuman ringan masih akan menemui tantangan dalam pertumbuhan usahanya, seperti penurunan daya beli masyarakat karena konsumen yang semakin selektif terhadap pos pengeluaran.