JAKARTA, DISWAY.ID-- Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) menjelaskan adanya kebijakan setop impor jagung.
Dengan menyetop impor, pihaknya kembali memastikan komitmen Perum Bulog beserta stakeholder terkait lainnya untuk menyerap jagung hasil produksi dalam negeri.
Menurut kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi, hal ini dilakukan sebagai upaya mengantisipasi anjloknya harga jagung di tingkat produsen pada musim panen raya.
“Pada Rabu (13/03) lalu, Badan Pangan Nasional telah mengumpulkan stakeholder terkait dalam rapat koordinasi (rakor) untuk sama-sama berkomitmen melakukan penyerapan jagung, utamanya jagung pakan. Ini tentunya menyikapi angka produksi jagung yang semakin naik seiring panen raya." Ucap Arief dalam keterangan tertulis pada Jumat (15/03).
BACA JUGA:NFA dan ID FOOD Salurkan Bantuan CPP Guna Penanganan Stunting Kepada 1,4 Juta Keluarga
Arief juga menegaskan bahwa sebelum panen raya jagung yang puncaknya diperkirakan pada April 2024 mendatang, importasi jagung saat ini disetop untuk menjaga harga di tingkat petani tidak jatuh.
Langkah ini juga guna memastikan penyerapan jagung produksi dalam negeri dapat berjalan secara optimal.
"Sering saya sampaikan bahwa concern kita adalah mengutamakan produksi dalam negeri, sehingga saat menjelang panen raya jagung seperti sekarang ini, pemerintah memutuskan untuk menghentikan importasi jagung pakan dan tentunya kita berharap kebutuhan pakan para peternak khususnya peternak mandiri dapat dipenuhi dari hasil panen petani kita," jelas Arief.
Seperti diketahui, pada akhir 2023 Perum Bulog melakukan importasi jagung pakan untuk membantu kebutuhan para peternak yang saat itu kesulitan mendapatkan bahan baku pakan.
BACA JUGA:Jokowi Perintahkan Penyediaan Lahan untuk Investasi di IKN Dikebut
"Kebijakan impor jagung yang dilakukan pemerintah ditujukan untuk menstabilkan pasokan pakan peternak mandiri. Pakan ini kan merupakan salah satu unsur pembentuk harga yang signifikan memengaruhi harga daging ayam dan telur ayam di tingkat hilir. Dengan kita setop importasi jagung jelang panen raya, ini berarti importasi yang dilakukan pemerintah sangat terukur dan mempertimbangkan harga jagung di tingkat petani." Urai Arief.
Berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA), Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa total produksi jagung di empat bulan awal tahun ini bisa mencapai 5,34 juta ton dan ini melebihi sekitar 500 ribu ton daripada produksi di periode sama tahun sebelumnya.
“Yang perlu kita perhatikan bahwa kewajaran dan keseimbangan harga dapat selalu terjaga di semua lini dan ini juga menjadi concern yang disampaikan Presiden Joko Widodo. Tahun lalu saat para peternak unggas kesulitan memperoleh jagung pakan dengan harga yang baik, pemerintah melalui Perum Bulog segera bantu melalui SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) jagung pakan. Di samping itu, kita dukung pula melalui mobilisasi stok pangan dari daerah yang surplus ke daerah yang minus," lanjutnya.
BACA JUGA:Wapres Pastikan Jabatan ASN Bisa Diisi TNI-Polri Tak Akan Munculkan Dwifungsi ABRI
Terkait realisasi program SPHP jagung yang telah dilaksanakan sejak tahun lalu, sampai 14 Maret telah menyentuh 212 ribu ton atau 62 persen dari total pagu 343 ribu ton. SPHP jagung ini menyasar ke para peternak yang ada di 18 provinsi. Sementara realisasi mobilisasi komoditas pangan melalui program Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) di tahun 2023, dari total realisasi 2,6 ribu ton, komoditas jagung menempati jumlah salur tertinggi di angka 1,1 ribu ton.