JAKARTA, DISWAY.ID-- Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemdikbudristek Anindito Aditomo menjawab sejumlah pertanyaan terkait polemik rekomendasi karya sastra dalam pembelajaran.
Sastra Masuk Kurikulum merupakan program baru Kemdikbud di mana karya-karya sastra digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran.
BACA JUGA:Sastra Masuk Kurikulum Merdeka Perkuat Karakter Siswa dan Cegah Bullying
BACA JUGA:Sastra Masuk Kurikulum, Sastrawan Ungkap Buku Anak Usia SMP Paling Sulit Ditemukan
Untuk mendukung program ini, Kemdikbud telah melakukan kurasi untuk buku-buku yang direkomendasikan bersama dengan panduan penggunaannya.
Proses kurasi telah berlangsung sejak 2023 dengan melibatkan tim dari sastrawan hingga akademisi dengan mempertimbangkan kecocokan sebagai bahan ajar kurikulum.
Kendati demikian, panduan rekomendasi buku sastra yang dihadirkan mendapatkan sejumlah protes karena dinilai menunjukkan adegan vulgar dan kekerasan.
Terkait hal ini, pria yang akrab disapa Nino ini menegaskan bahwa tidak ada kewajiban murid untuk membaca semua atau bahkan sebagian karya yang direkomendasikan.
BACA JUGA:Kurikulum Merdeka Belajar Masukkan Sastra dalam Pelajaran SIswa
BACA JUGA:Guru Sastra Berusia 74 Tahun Dapat Hujatan Gegara Mengajar di TikTok
Program ini mengikuti prinsip Kurikulum Merdeka yang memberi fleksibilitas bagi guru.
"Daftar ini ibarat menu yang membantu guru meracik 'masakan' yang cocok untuk muridnya," kata Nino, dikutip dari Instagram @ninoaditomo pada Kamis, 30 Mei 2024.
Lebih lanjut, ia juga telah menginstruksikan untuk mengevaluasi panduan rekomendasi buku sastra mengingat banyaknya masukan dari berbagai pihak.
"Saya sudah meminta tim panduan (yang terpisah dari kurator) untuk mengumpulkan semua masukan, menyunting ulang, dan jika perlu mengubah konsep panduannya," kata Anindito, dikutip dari Instagram @ninoaditomo pada Kamis, 30 Mei 2024.
BACA JUGA:Penyair dan Tokoh Sastra Joko Pinurbo Meninggal Dunia, Berikut Daftar Karyanya