JAKARTA, DISWAY.ID - Setiap orangtua yang memiliki anak korban pelecehan seksual harus memiliki cara khusus untuk mendampingi sang buah hati.
Kasus pelecehan seksual semakin banyak terjadi di masyarakat.
Kekerasan seksual merupakan peristiwa yang meninggalkan trauma bagi setiap korbannya.
BACA JUGA:Viral Ibu Diduga Lakukan Pelecehan Seksual ke Anak, Netizen Spill Akun Medsos Pelaku
Namun, tak jarang bahkan korban merupakan anak di bawah umur yang rentan secara fisik maupun psikologis.
Ketika hal ini terjadi, keluarga sebagai orang terdekat harus bisa memberikan tempat untuk berlindung bagi sang anak.
Sebagai madrasah pertama, anak perlu mendapatkan pembentukan mental yang kuat dari keluarga.
Sehingga, ketika anak terjun ke lingkungan yang lebih besar, memiliki dasar untuk berpegang pada pendirian.
Orang tua perlu menanamkan agar anak terbuka kepada orangtua.
BACA JUGA:Hari Perempuan Internasional 2024, Korban Kekerasan Seksual Memilih Bungkam Dibanding Lapor
Kendati demikian, kekerasan seksual merupakan hal yang diinginkan oleh siapapun itu.
Anak atau remaja yang mengalami peristiwa traumatis tersebut sangat mungkin menunjukkan perubahan-perubahan perilaku dan emosi.
"Biasanya perubahan emosi bisa dalam bentuk dia merasa bersalah, sering marah-marah, menangis tanpa sebab, ada rasa takut, rasa tidak nyaman, serta mudah curiga," tutur psikolog klinis RSJ Menur Surabaya Ella Titis Wahyuniansari pada Selasa, 4 Juni 2024.
"Mungkin perilaku dia agak berbeda di kemudian hari atau sikapnya berbeda dengan teman-teman lainnya, jadi penyendiri, pendiam, mudah takut, mudah cemas."
Pada kondisi ini, imbuh Ella, orang dewasa harus segera menyadari dan melakukan tindakan agar dampak yang dirasakan anak tidak berlarut-larut.