Tindakan dari Tajikistan ini digambarkan untuk upaya agar bisa 'melindungi nilai-nilai budaya nasional dan mencegah takhayul serta ekstremisme.
Namun, alasan paling mendasar dari penerapan kebijakan iin ialah Tajikistan yang dipimpin oleh pemerintah otoriter Presiden Emomali Rahmon makin waswas dengan adanya pengaruh radikalisme, khususnya yang dibawa oleh teroris ISIS.
BACA JUGA:Kim Jong Un Hadiahkan Dua Anjing Langka untuk Vladimir Putin di Taman Geumsusan
Tajikistan sendiri memang hendak dijadikan sebagai negara yang sekuler.
Sebab, Rahmon menggunakan dalih berantas ekstremisme ini untuk gencarkan kebijakan sekularisme di negara tersebut.
Selain larangan hijab, ada sejumlah kebijakan lainnya seperti membatasi usia orang yang masuk ke masjid, memaksa warga cukur jenggot hingga menutup masjid besar-besaran.
Langkah penerapan kebijaka tersebtut diambil karena rezim Tajiksitan ini sudah melanggengkan otoritarianisme.
Hal ini juga untuk halangi rakyat Tajikistan untuk kembali ke syariat Islam yang telah dianggap radikal oleh pemerintah.