Sensasi yang mengiringi syahwat, itu yang menjadi candu.
Haru-biru minum kopi pagi sambil merokok -bagi perokok.
Kenikmatan sruputan kopi dengan iringan asap yang mengepul bergulung-gulung dari monyongnya bibir, adalah ketenangan.
Ini bagi penikmat rokok dan kopi.
Beda lagi bagi pejoging atau lainnya.
Keluarnya keringat, sehabis berlari mengejar angin, menjadi penanda kesegaran raga dan jiwa.
Atau rekognisi kenikmatan imagi hedonism dan kekuasaan.
Menyebabkan sesiapapun rela membudakan diri pada penguasa dan godaan korupsi.
Atau godaan gandrung pada tubuh.
Sekedar memenuhi imaginasi kulit; cantik, ganteng, aduhai, mulus, maco, gagah, kuning langsat, langsing, semampai dan segala racikan sensasional tubuh.
Sebab rasa, bermula dari cerapan jasmaniah yang dirasai indra.
Ditambah topping psikologis; nyaman, perkasa, kepalsuan, dendam, korban, pemuas nafsu, kuat, hebat, buas, pelarian, asusila, erotis, pelampiasan, kebutuhan, dan sebagainya.
Dibumbui rasa yang halus berupa sensasi rasa suka, sayang, simpati, empati dan kemudian hadir dalam cinta yang agung.
Macam roman picisan.
Bumbu dan topping itu selalu hadir pada apapun dari setiap yang memiliki rasa.