"Ini semua agar nanti masuk lapangan baik di test court maupun pertandingan, feelnya sudah dapat. Masuk perkampungan atlet sudah benar-benar siap," lanjutnya.
Cara berpikir juga menjadi hal penting bagi persiapan ke Olimpiade, pentingnya cara berpikir dan tidak terjebak dengan zona nyaman pola permainannya.
"Harus tahu misalnya kita sudah nyaman main dengan cara tertentu tapi kalau lawan sudah mengantisipasi, bisa segera diubah. Merapikan detil-detil seperti itu di waktu yang sedikit ini," ucap Liliyana.
Tontowi/Liliyana berharap apa yang mereka sampaikan bisa menjadi motivasi lebih untuk Rinov/Pitha untuk mencoba memberikan yang maksimal terutama saat training camp ini.
"Berbagi ilmu dan pengalaman. Harapan saya dan Owi, semoga kehadiran kami bisa membawa aura positif. Apa yang kami bagikan cerita-cerita tentang Olimpiade bisa memotivasi mereka," timpal Liliyana.
Sementara Greysia Polii mengaku masih merasa dirinya sebagai atlet saat masuk dalam tim Olimpiade Paris 2024 saat undian ganda putri keluar masih ada tegangnya.
BACA JUGA:Pelatih Yakin Fajar/Rian Tidak Mudah Terkalahkan di Penyisihan Grup Olimpiade 2024
"Mungkin karena masih merasa menjadi bagian dari tim Olimpiade sebagai atlet. Memang masih menjadi bagian tapi tugasnya yang berbeda. Lebih kepada bagaimana cara jadi pendukung yang baik buat anak-anak. Itu yang lebih ditekankan sekarang," ucap Greysia.
Greysia menyampaikan bahwa semua yang akan berlaga di Olimpiade harus terus merenungkan tujuan.
"Saat training camp seperti ini, anak-anak harus kembali menguatkan fokus tujuan mereka ke sini itu untuk apa?," ujar Greysia.
"Saya pernah bilang, saat latihan berekspektasi lah setinggi-tingginya tapi tapi ketika sudah bertanding, lupakan semua dan fokus pada permainan. Semoga anak-anak bisa menerapkan itu semua," harapnya.
Pengalaman menantang dialami Greysia menjelang Olimpiade Tokyo 2020. Cerita ini diharapkan bisa menginspirasi semua atlet.
"Di Tokyo 2020 ketika masih dalam keadaan pandemi Covid-19, tiga bulan sebelum pelaksanaan, saya dan semua tim masih bertanya-tanya, ini jadi tidak Olimpiade, diundur lagi atau batal, atau seperti apa?," cerita Greysia.
"Semua serba tidak pasti membuat persiapan kami sempat turun. Kami seperti melawan lawan yang tidak terlihat. Akhirnya saya dan Apri mengutamakan latihan mental terlebih dahulu. Psikis kami ditempa agar bisa melepaskan tekanan yang sedang kami hadapi saat itu," kata Greysia lagi.
BACA JUGA:Alasan Prancis Larang Atlet Pakai Hijab di Olimpiade 2024, Begini Respons IOC
Saat masuk training camp, Greysia mengalami stress yang tinggi tapi dia berhasil melewatinya di Kumamoto level stress kami naik 1000%. Mau bertemu orang yang bahkan satu tim saja takut, di kamar juga stress dengan hal yang sama.