Karakter berani dan mabuk versi ini, hanya dipunyai orang yang jujur. Dibumbui dengan tak punya kepentingan. Dihiasai dengan profesionalitas dan kompetensi. Tak lupa dikalungi komitmen dan konsistensi.
Watak berani melawan korupsi dan gila dalam prakarsa yang rasional dan praktis, biasanya dimiliki oleh model pemimpin tipe 4.0.
Soal pemimpin tipe 4.0 ini, mungkin diinspirasi dari Herman Kartajaya.
Ada tiga (3) tipikal pemimpin menurut Herman. Tipe 1.0 itu punya watak mementingkan kesuksesan sendiri. Orientasinya adalah perintah, intruksi dan selalu harus dilayani.
Ini banyak terjadi pada masa feodal dan masih ada turunannya hingga sekarang. Sebab watak biasanya bisa diturunkan dan diwariskan.
BACA JUGA:PLN Electric Run 2024 Diminati, Slot Early Bird Ludes Kurang dari Satu Jam
Model tipe yang kedua adalah model 2.0. Protipe pemimpin 2.0 kata Herman Kartajaya, selalu ingin disukai karyawan, dan berusaha membahagiakan semua orang. Everybody happy, itu prinsipnya. Korupsi jamaah bisa terjadi. Semua dapat, semua senang.
Level pemimpin 3.0 biasanya memimpin dengan human spirit, jujur, amanah, bersih, integritas, pekerja keras, problem solver, fair kepada karyawan. Pokoknya model pemimpin idamanlah.
Nah, tipikal pemimpin 4.0 adalah perpaduan karakter model 3.0 ditambah watak berani dan gila.
Sebab budaya korupsi, sudah TSM, meminjam istilahnya Ibu Megawati Seokarnoputri, Sang Anggrek Besi. Terstuktur, sistematis dan massif. Sebab lainnya adalah, rakyat perlu gagasan-gagasan besar dan orisinil namun praktis, untuk melawan penyelewengan uang rakyat.
Tipikal pemimpin 4.0 adalah pemimpin yang berani gila. Berani melawan arus. Ngotot melawan korupsi yang sudah TSM. Gila dalam gagasan-gagasannya namun praktis dan logis.
Karena punya watak gila, biasanya pemimpin 4.0 kadang-kadang “Bonek”, bondo nekat. Perkasa melawan budaya kotor, koruptif, manipulative, mafia, bahaya, dan TSM.
Degil dan tangguh dalam berjuang untuk kebijakan yang pro rakyat. Garang dalam mempertahankan kedaulatan bangsa.