Kepala Bappenas RI Bakal Dorong Food Estate Guna Perkuat Ketahanan Pangan

Selasa 13-08-2024,16:16 WIB
Reporter : Sabrina Hutajulu
Editor : M. Ichsan

JAKARTA, DISWAY.ID-- Menteri PPN/Kepala Bappenas RI Suharso Monoarfa optimis Indonesia bisa jadi negara pengekspor pangan.

Ia menyebut seperti zaman kolonial belanda dahulu, Indonesia merupakan produsen gula tertinggi di dunia. Dan menjadikan Indonesia sebagai negara eksportir gula.

BACA JUGA:Kementan: Potensi Lahan Tidur di Deli Serdang Mampu Cukupkan Kebutuhan Pangan

BACA JUGA:Kementan Lantik 4 Pejabat Eselon I, Perkuat Produksi di Tengah Darurat Pangan

"Soal pangan begini, ke depan kita kalo bisa tidak hanya untuk kebutuhan kita, tapi kita harus bisa berorientasi, kita menjadi pengekspor pangan," katanya usai menjdi narasumber di acara Investor Daily Round Table di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta pada Selasa 13 Agustus 2024.

"Indonesia dulu ekportir gula, di jaman kolonial kita bahkan menjadi produsen gula tertinggi di dunia, tapi lama-lama turun jadi importir gula," tambahnya.

Lebih lanjut, Suharso mengambil contoh seperti negara Brazil yang hari ini adalah eksportir gula, dan masih bertahan hingga sekarang.

BACA JUGA:Kementan Klaim Surplus Produksi Padi Capai 700 Ribu Ton Berkat Pompanisasi, Strategi Tepat Hadapi Darurat Pangan

BACA JUGA:Kementan Klaim Surplus Produksi Padi Capai 700 Ribu Ton Berkat Pompanisasi, Strategi Tepat Hadapi Darurat Pangan

"Kenapa hal ini tidak kita balik, jadi kalo kita hanya bicara untuk mengatasi apa yang kita butuhkan hari ini, maka skalanya akan seperti itu. Tapi kalo kita mengatakan kita ingin jadi nomor satu lagi, akan beda," ungkapnya.

Bicara beras kata Suharso, saat ini Indonesia butuh volume yang banyak dan besar, namun penyelesaiannya hanya sepotong-sepotong.

"Kita ini butuh beras banyak dan besar, tapi kita menyelesaikannya itu terlalu hanya sepotong, kebutuhannya hanya 15 persen, 85 persen sudah ada. Kenapa kita ga buatnya itu lebih banyak," ujarnya.

"Oh nanti menganggu nilai tukar petani, karena kalo kebanyakan nilai tukar petani pasti anjlok, karena harganya menjadi turun, itu menurut saya bukan jawabannya, orang di seluruh dunia itu membutuhkan pangan dan salah satu bentuk pangan itu padi padian," lanjutnya.

BACA JUGA:Jelang 77 Hari Pemerintahannya Berakhir, Jokowi Waspadai Krisis Pangan dan Kenaikan Harga Minyak

BACA JUGA:Event Festival Raya Indonesia 2024 Spesial HUT ke-79 RI di Lapangan Banteng 30 Agustus-1 September, Ada Konser Gratis

Kategori :