Kementan Klaim Surplus Produksi Padi Capai 700 Ribu Ton Berkat Pompanisasi, Strategi Tepat Hadapi Darurat Pangan

Kementan Klaim Surplus Produksi Padi Capai 700 Ribu Ton Berkat Pompanisasi, Strategi Tepat Hadapi Darurat Pangan

Program pompanisasi untuk produksi padi-Dok. Kementan-

JAKARTA, DISWAY.ID - Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Moch Arief Cahyono mengungkapkan bahwa produksi padi pada periode Juni dan Juli 2024 mengalami surplus.

Tak tanggung-tanggung, surplus produksi padi di Indonesia mencapai 700 ribu ton.

BACA JUGA:Kementan Bantah Tudingan KSP Edy Priyono yang Sebut Program Pompanisasi Tak Tepat Sasaran: Datanya Ngawur!

BACA JUGA:Antisipasi Kekeringan Tahun Ini, Kementan Siapkan 70 Pompa Air untuk Genjot Produksi Pertanian

Padahal, saat ini sektor pertanian tengah terdampak oleh el nino yang belum berakhir sehingga tak sedikit lahan kering kerontang.

Menurutnya, program pompanisasi yang digalakkan Kementan menjadi solusi cepat bagi para petani yang kesulitan berproduksi, terutama di tengah masa kekeringan ini.

Bahkan, lanjutnya, pompanisasi menjadi pilihan tepat dan strategis bagi masa depan Indonesia yang kini tengah menghadapi ancaman darurat pangan.

"Pompanisasi adalah upaya cepat pemerintah menghadapi cuaca saat ini. Kita butuh solusi cepat. Sudah ada bukti, kok dibilang tidak efektif. Sumber air yang masih ada, kita tarik agar sawah di sekitarnya masih bisa bertani," ujar Arief.

Menurutnya, revitalisasi saluran irigasi memang penting. Namun, membutuhkan waktu lebih lama.

BACA JUGA:Jaksa KPK Banding atas Putusan SYL dan Dua Anak Buahnya Terkait Pemerasan di Lingkungan Kementan 

"Kalau menunggu perbaikan irigasi, kapan sawahnya kita kasih air? Kekeringan sudah terjadi di beberapa tempat," tegasnya.

Pemasangan pompa ini sudah mempertimbangkan kondisi lahan dan kebutuhan air untuk memaksimalkan pertanaman di berbagai daerah sentra pangan.

Selain itu, pihaknya juga tengah berkonsentrasi turun ke lapangan untuk Perluasan Areal Tanam (PAT), mengoptimalisasi lahan yang ada, dan memasang pompa air bagi wilayah yang potensial untuk tetap berproduksi di musim kemarau.

Oleh karena itu, ia menegaskan bahwa pernyataan pompa sebagai program yang kurang efektif sangat berbahaya dan menyakiti hati petani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait