Operasional IPAL di IKN dikolaborasikan dengan sistem pengolahan sampah pada TPST modern yang dibangun oleh pemerintah.
Kementerian PUPR menyebut, TPST 1 dan IPAL 1 mampu menampung 74 ton sampah per hari dan 15 ton lumpur per hari.
Kedua fasilitas tersebut dirancang untuk bekerja secara paralel dengan skema pengolahan air limbah menggunakan teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR).
Dengan teknologi tersebut, air limbah domestik bakal dialirkan melalui jaringan perpipaan menuju IPAL untuk diolah secara terpadu di TPST.
Sarana dan prasarana pengolahan air limbah tersebut dipastikan sudah memenuhi baku mutu air limbah atau Key Performance Indicator (KPI) yang ditetapkan dalam Basic Engineering Design (BED).
Tidak hanya itu, fasilitas tersebut juga dibangun merujuk pada visi pembangunan IKN sebagai forest city yang menitikberatkan pada aspek ramah lingkungan. Dengan fasilitas IPAL yang terintegrasi TPST, pengelolaan limbah dan sampah di IKN akan lebih optimal.
Lumpur sedimentasi yang dihasilkan dari IPAL 1, IPAL 2, dan IPAL 3 sebanyak 15 ton per hari dan akan diolah di TPST 1.
BACA JUGA:Pesan Penting World Water Forum ke-10, Perubahan Iklim Ancam Krisis Air Bersih
Kemudian, residu atau sisa pengolahannya akan diurug pada Unit Pengurukan Residu (UPR) yang berjarak 14 kilometer dari TPST 1.
Sementara itu, air lindi yang berasal dari TPST 1 akan diolah oleh IPAL 1 setelah lebih dulu melalui proses pendahuluan di TPST 1. Kedua fasilitas tersebut dibangun untuk beroperasi bersamaan.
Tidak hanya itu, TPST 1 dirancang dengan beberapa keunggulan lainnya, seperti mampu mengolah sampah menjadi energi, tidak menghasilkan emisi di atas standar yang sudah ditentukan atau net zero emission.
Bahkan sebagian besar sampah dengan persentase mencapai 60 persen bakal didaur ulang, memiliki sistem pengelolaan sampah terkoneksi internet yang dapat diakses oleh publik, serta minim residu, menjadikan TPST di IKN sebagai salah satu TPST paling canggih di Indonesia