Anti Gempa

Kamis 22-08-2024,04:00 WIB
Oleh: Dahlan Iskan

ILMUWAN kampus kalah jauh oleh politisi –khususnya dalam hal gempa.

Intelektual kampus belum bisa menciptakan perangkat antigempa, politisi di Senayan sudah menemukan solusi manjur mengatasi gempa yang episentrumnya di Mahkamah Konstitusi (baca Disway kemarin: Gempa MK).

Pagi ini Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melakukan sidang pleno kilat –disebut kilat karena undangan pleno itu baru ditandatangani kemarin.

Ini pasti karena negara dalam keadaan darurat. Jarak ditandatanganinya undangan dengan jadwal dimulainya rapat pleno tidak sampai 24 jam.

Pleno hari ini, rasanya Anda pun sudah tahu hasil keputusannya: mengabaikan putusan MK Selasa lalu. DPR akan memutuskan hanya tunduk pada putusan Mahkamah Agung:

Pertama, umur calon kepala daerah minimal 30 tahun dihitung saat pelantikan –bukan saat pendaftaran calon seperti putusan MK.

Kedua, untuk mengusung calon kepala daerah, partai atau gabungan partai harus memperoleh suara 20 persen seperti yang berlaku selama ini.

Putusan MK Selasa lalu hanya berlaku bagi partai non parlemen. Tidak berlaku bagi partai yang lolos ke parlemen.

Berarti PDI-Perjuangan gagal bisa mengajukan calon gubernur Jakarta sendirian. Mungkin pilih tidak mengajukan calon –karena partai lainnya sudah menyatu di KIM-Plus.

Dua hal itu tadi memang sudah diputuskan oleh rapat Badan Legislasi DPR. Rabu kemarin. Di badan itu semua fraksi sudah diwakili. Termasuk PDI-Perjuangan. Maka di Pleno DPR hari ini rasanya tinggal aklamasi mengesahkannya.

Sikap PDI-Perjuangan pasti membuat pendukung Anies Baswedan masgul. Khususnya untuk batas umur calon kepala daerah: PDI-Perjuangan menyatakan ikut putusan mayoritas.

Kok PDI-Perjuangan begitu?

Tunggu dulu. Dengarkan pendapat Boyamin Saiman. Ia lagi di Melbourne, Australia. Saya melakukan hubungan jarak jauh dengan pengacara asal Solo itu. Tadi malam.

Menurut Boyamin, sikap PDI-Perjuangan itu bisa disebut ''jebakan Batman''. Biar saja KIM-Plus mengusung Lutfi-Kaesang di pemilihan gubernur Jateng.

PDI-Perjuangan akan usung calon sendiri.

Kalau Lutfi-Kaesang menang, PDI-Perjuangan akan menggugat ke MK. Pasti kemenangan Lutfi-Kaesang dibatalkan. Otomatis pasangan PDI-Perjuangan yang dilantik di Jateng.

"Kelihatannya DPR seperti memberi jalan pada Kaesang, padahal itu menjebak Kaesang," ujar Boyamin.

Yang seperti itu, kata Boyamin, pernah terjadi di Pilkada tahun 2019. Yakni di kabupaten –Anda pasti sudah lupa nama ini– Sabu Raijua. Itu di NTT. Di pulau Timor. Bertetangga dengan kabupaten Kupang.

Di Pilkada Sabu Raijua pemenangnya Anda sudah tahu: Orient Patriot Riwu Kore. Ada tiga pasang calon bupati Sabu Raijua kala itu.

Pasangan nomor satu, Nikodemus N. Rihi Heke dan Yohanis Uly Kale, menggugat ke MK. Alasannya: Riwu Kore, si pemenang, adalah warga negara Amerika.

Orient Patriot Riwu Kore memang pemegang paspor Amerika. Itu karena ia bekerja di perusahaan pembuat kapal perang di sana. Itu objek vital. Pekerjanya harus warga negara Amerika sendiri.

Di samping itu Riwu juga menikah dengan wanita yang berpaspor Amerika.

Sebenarnya Riwu sudah mengajukan bantahan. Ketika mendaftar ke KPU Sabu Raijua ia sudah mengajukan permohonan berhenti sebagai warga negara Amerika.

Memang permohonannya itu belum dikabulkan. Alasannya: masih Covid-19. Tidak bisa cepat. Belakangan permohonan itu benar-benar dikabulkan. Tapi Pilkada sudah lewat.

Akhirnya MK mengabulkan gugatan pasangan nomor satu dengan alasan saat mendaftar Riwu masih berpaspor Amerika.

MK pun memerintahkan Pilkada ulangan. Hanya boleh diikuti pasangan nomor 1 dan nomor 3. Hasilnya Anda sudah tahu: pasangan nomor 3 yang menang. Yakni Drs Nikodemus  N. Rihi Heke. Ia dapat durian runtuh. Ia bukan penggugat tapi yang berhasil menang.

Yang seperti itu bisa terjadi di Jateng kelak –kecuali ada gempa besar lagi. Toh gempa bisa direncanakan –baik kapan waktunya maupun berapa besaran skala Richter-nya.

Apa yang akan dilakukan PDI-Perjuangan di Pleno DPR hari ini?

Paling banter hanya interupsi. Toh pasti kalah: 7 lawan 1.

Maka setelah putusan DPR hari ini kita pun punya UU Pilkada yang baru. Itu UU Petir. Datangnya tiba-tiba, dampaknya dahsyat luar biasa.

Salah satu kedahsyatannya: akan banjir gugatan ke MK –minta UU baru ini dibatalkan. Setidaknya anak-anak Boyamin akan melakukannya --dugaan saya. Atau siapa saja.

Tapi gugatan ke MK perlu waktu. Sidang-sidang di MK juga makan waktu. Tidak bisa kilat seperti DPR. Sambil menunggu putusan MK itu Pilkada jalan terus.

Tidak akan mulus. Hasil Pilkada pun akan banyak digugat ke MK. Bukan ke MA. 

MA memang bisa membuat keputusan yang jadi pegangan DPR tapi MK-lah yang berhak mengadili sengketa Pilkada.

Atau seperti yang disampaikan Prof Dr Yusril Ihza Mahendra kepada saya tadi malam: Putusan MK lebih tinggi karena menguji UU terhadap UUD. Putusan MA hanya menguji peraturan perundang-undangan di bawah UU terhadap UU.

Ruwet?

Datanglah ke politisi. Gempa pun bisa mereka lawan apalagi hanya keruwetan.( Dahlan Iskan)

Komentar  Dahlan Iskan di  Disway Edisi 21 Agustus 2024: Gempa MK

Achmad Faisol

ada kesalahpahaman di masyarakat, bahkan menghinggapi tokoh masyarakat... apa itu...? kalau ga cinta berarti benci, sehingga muncullah ungkapan: "daripada salah membenci lebih baik salah mencintai..." bukan seperti itu, kawan... tidak cinta bukan berarti benci... mari dudukkan masalah pada tempatnya... bukan pendukung bukan berarti pembangkang... orang yang di tengah akan mendukung dan mengkritisi... kehidupan jangan dinilai saklek dan kaku... dukung-mendukung harus didasari ilmu, bukan perasaan cinta (hubb)... mengapa...? kalau cinta buta, salah pun dicari pembenarannya... apa seperti ini termasuk baik...? tidak, kan...?

Juve Zhang

Zaman Seru seru nya Pilpres saya sudah mengusulkan Pak Anies tandem dengan Pak Ganjar...karena gabungan itu sanggup menahan lajunya sang Raja....nampaknya ramalan zaman pilpres itu bisa terwujud di 2029....dengan Di dukungnya pak Anies di Jakarta oleh PDIP maka peluang tamdem Ganjar P dan Anies B 2029 akan terwujud dan akan memberikan perlawanan seimbang ke KIM Plus yg pastinya akan gabung jadi satu di 2029...dan semoga 2029 pun ambangbpencalonan Presiden bisa ke 7,5 % bahkan calon indipenden bisa maju syarat photokopi KTP sekian dan pak Bos bisa maju sebagai calon Indipenden ....wkwkkw

ari widodo

Putusan MK nomor 60 dan 70 sungguh menggemparkan bagi parpol, elit politik, pemerintah maupun masyarakat yang mengikuti perkembangan dinamika politik dalam negeri. Bulan ini ada beberapa peristiwa yg membuat heboh mulai dari mundurnya Airlangga hartarto, upacara IKN sampai dengan terancamnya figur yg sangat populer serta elektabilitasnya tinggi seperti Anis baswedan di Jakarta atau Airin di Banten tdk bisa berlayar karena tdk mendapat perahu parpol. Betapa tidak gempar, parpol atau gabungan parpol yg sedang bersiap diri pendaftaran pilkada harus menghitung ulang strategi maupun kerjasama politiknya, selain itu ketentuan mengenai batasan usia Bacagub/Bacwagub membuat anak Jokowi Kaesang pangarep terancam tdk bisa mendaftar. Yang agak patut disayangkan adalah para elit atau pemegang kekuasaan di negeri ini dalam pengambilan keputusan/kebijakan seakan hobby dengan gal yg berbau mendekati ujung alias last minute atau injury time. Kita tunggu kejutan2 apalagi berikutnya sampai minggu depan saat masa pendaftaran calon Pilkada, sepertinya kegemparan tentang potensi ancaman megatrust sudah terkubur tipis2 dengan hiruk pikuk politik. Apapun yg terjadi sejatinya yg diuntungkan adalah rakyat dengan semakin banyak pilihan serta mengeliminasi bagi2 kue kekuasaan, pasti nanti menarik sekali saat nanti sesi debat antara RK vs Anies, siapa yg sesungguhnya bisa dan sdh bekerja atau hanya sekedar omon2 saja. Salam Sehat2 dan bahagia selalu utk semuanya.

Eka Handoko

" Ranjang di kamar Perusuh Disway juga bergoyang. " kata Abah. Tolong Abah merubah Mindset-nya ya. Para Perusuh Disway mungkin seumuran Ayah - Ibu saya, berarti Ranjangnya sudah Dipan dengan Kasur yang Bagus, bukan dari kapuk, tapi dari Spring Bed. Berarti ranjangnya tak bisa bergoyang lagi, apa pun Aktifitas di atasnya ... Jaman Kakek - Nenek mungkin yang Ranjangnya dari besi berkaki empat, sehingga mudah bergoyang.

Evo’S Zhang

Disway pagi ini bener bener membuat saya membaca kembali Sam Kok, bab ke berapa dan jurus Zu Ke Liang ke berapakali memperdaya lawan, sungguh ahli strategi. Meminjam panah musuh..sambil duduk2 minum teh, saya minum kopi, membayangkan Chou Chou duduk termenung, gak sadar kapal akan karam dgn api memerah. Pertempuran Tebing Merah dimulai. Kemenangan ditangan Liu Bei. Entahlah kemenangan bertahan berapa lama menuju kedamaian… Pagi ini kopi nikmat sekali kata Oemar Bakri-İwan Fals

Mbah Mars

INTERMEZZO =======//////// Bolkin tersangkut kasus korupsi. Ia sedang duduk di kursi terdakwa. Jaksa bertanya kepadanya: “Jadi, betul Saudara menerima 10 ribu dolar dalam kasus ini ?” Bolkin terlihat cuek. Pandangan matanya malah ke arah jendela ruang sidang. Jaksa bertanya ulang:”Apa betul saudara menerima 10 ribu dolar terkait kasus ini ?” Bolkin terlihat masih cuek. Tidak mempedulikan pertanyaan jaksa. Melihat Bolkin yang cuek tiba-tiba hakim berteriak mengingatkan: “Saudara Bolkin, anda ditanya Jaksa, Segera dijawab”. Bolkin gelagapan sembari berkata, “Oh, maaf...maaf. Saya kira tadi jaksa bertanya kepada Yang Mulia tuan hakim”

Macca Madinah

Kalau pks tidak balik badan (karena alasan selama ini hanya tunggal: tidak cukup kursi), pdip masih bisa bermain pasang siapa saja. Asal bukan you know who, peluang menang dg kader sendiri terbuka lebar. Lain kata kalau ada yg berbalik badan hehhehe. Ini bisa jadi ajang "mari kita tunggu sampai detik2 terakhir". Sementara, bagi pebisnis spanduk/alat kampanye: horeee gak jadi sepi pilkada nanti, cuan cuan cuan hehehe.

Mirza Mirwan

Barusan tadi, sambil makan, saya menonton video pidato utuh Barack Obama dan Michelle Obama yang disampaikan pagi tadi (Selasa malam di Chicago) di hari kedua Konvensi Nasional Demokrat. Ada perasaan iri dalam hati. Di Indonesia, kita tak punya tokoh yang memiliki pesona saat pidato hingga mata dan kuping semua audiens fokus tertuju ke arah tokoh di podium. Obama dan Michelle punya pesona itu. Lihat saja di Youtube. Michelle tampil lebih dulu, sekitar 21 menit. Ia memuji-muji Kamala Harris. Anehnya, ia sama sekali tak menyebut Biden. Berbeda dengan sang suami yang tampil sesudahnya, selama 35 menit. Obama sempat memuji Biden. Juga Kamala Harris, tentu saja. Bahkan memuji kecerdikan Kamala memilih Tim Walz sebagai cawapresnya. Tetapi, waini, saya kok menangkap kesan Obama menyindir kebijakan Biden soal Perang Rusia-Ukraina dan Israel Hamas. Perhatikan ucapannya berikut: "We shouldn't be the world policeman. We can't eradicate every cruelty and injustice in the world. But America can be, and must be, a force for good, discouraging confilct, fighting disease, promoting human right, and protecting the planet from climate change." Obama, juga Michelle, tiap sebentar harus menunggu redanya tepuk tangan pengunjung sebelum meneruskan pidatonya. Ada momen tepuk tangan berkepanjangan saat di akhir pujiannya kepada Kamala, Obama mengakhirinya dengan "Yes, she can!". Serempak pengunjung menyahutnya dengan "Yes, she can!". Kayaknya ingat slogan "Yes, We Can!".

Liam Then

"trocoh" ya Pak Mirza, hahaha. Coba kalau Ahok lahirnya dulu di Solo ya ...bakal lain sejarahnya. Orang kelahiran sekitaran tanah Andalas memang lain, kalo ngomong tak tedeng aling-aling. Ahok memang parah "trocoh" nya, sampai nenek orang pun disebut-sebut. Tapi sebenarnya sebutan "nenek Lo" itu bukan gaya orang Sumatera, orang Sumatera dan Kalimantan sepanjang yang saya tahu, kayaknya hanya sampai ke "bapak kau" saja. Kalau tak salah,sebut nenek orang itu gaya bahasa orang asli Jakarta. Ahok-kan lama di Jakarta sejak SMA sudah disana. Sayangnya, Jakarta isinya tak hanya orang asli Jakarta, sehingga banyak yang tersedak, ketika nenek-nya disebut.

Mirza Mirwan

Di paruh akhir 1970-an saya beberapa kali sowan ke rumah Pak Abdurrahman (AR) Baswedan di Taman Yuwono. Sempat satu kali melihat Anies yg masih berseragam putih-merah (SD). Tetapi seandainya saya Ketum PDI-P, saya lebih memilih Ahok untuk jadi Cagub DKI Jakarta. Tetapi cawagubnya jangan dari PDI-P. Carikan tokoh non-partai yang muslim dan berpengaruh di Jakarta. Pertimbangan saya, dalam pilgub 2017 dulu itu di putaran pertama suara Ahok-Djarot 3% lebih tinggi ketimbang Anies-Sandiaga. Ahok-Djarot 2.364.577 suara (42,99%) berbanding Anies-Sandy 2.197.333 (39,95%). Sementara AHY-Sylvia Murni 937.955 suara (17,06%). Padahal ketika itu Ahok sedang digebuki orang gegara Al-Maidah, pun karena mulutnya yang "trocoh" -- suka mengumpat. Bahwa kemudian pada putaran kedua Anies-Sandy berbalik unggul dengan 3.240.987 suara (57,96%), sedang Ahok-Djarot justru turun menjadi 2.350.366 (42,04%), penyebabnya jelas: serangan terhadap Ahok kian gencar. Dalam kata-kata pendukung Ahok, serangan terhadap Ahok menggunakan "ayat dan mayat". Hasilnya, buksn hanya suara pendukung AHY-Sylvi yang seluruhnya pindah ke Anies, melainkan juga 14 ribuan pendukung Ahok beralih mendukung Anies. Kini mulut Ahok sudah tidak "trocoh" lagi. Warga Jakarta pasti ingat bagaimana dulu Ahok tiap pagi menerima aduan warga dan meneruskannya ke pihak terkait untuk ditindak-lanjuti. Bagaimana Ahok meng-Umrah-kan para marbot masjid. Bagaimana Ahok menyempatkan hadir ke hajatan warga, dsb.

Liam Then

Buat yang tak tahu " Sa jit huang, si jit hou" ( baca kayak biasa saja) itu pepatah Tio Ciu, artinya 3 hari angin, 4 hari hujan , kurang lebih artinya mencla-mencle itu seperti yang disebut Bang Evo.

Evo’S Zhang

Musim kemarau yg panas tambah panas. Tapi aneh kata org TioCiu: Sa Jit Huang, Si Jit Hou.hahaha...alias mencla mencle..Pinter ngelez, Abah pakai jurus ini kaio topiknya sepatu..wkwkwk..misiii mau angkat jemuran seq, selak bojoku bengak bengok..wkwkwkwk,

didik mangkubata

Tulisan Gempa MK mulai jam 15.45 kelihatanya sudah berlalu. Yang terbaru iaitu. PERINGATAN DARURAT Kuy gas kan.

Kategori :