JAKARTA, DISWAY.ID-- Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar yang baru saja dilantik mendapatkan tugas untuk menurunkan harga obat.
Hal ini karena, sebelumnya, Kementerian Kesehatan juga menyebut bahwa harga obat di Indonesia jauh lebih mahal dibanding dengan Malaysia.
BACA JUGA:Kisah Sri dan Slamet Dapat Hadiah Umrah saat Belanja Obat dan Alkes
BACA JUGA:Cara Desak Made Obati Kekecewaan Usai Gagal Raih Medali di Olimpiade Paris 2024
Sehingga, pemerintah berupaya untuk menurunkan harga obat di pasaran.
Terkait hal ini, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI) apt. Noffrendi Roestam, S.Si menegaskan bahwa harga obat di Indonesia telah murah.
"Kalau menurunkan harga obat, komentar saya sama ya, mungkin beliau akan pelajari lagi menurunkan harga obatnya yang mana. IAI kan selalu menyampaikan obat yang mahal Indonesia itu hanya yang 10% yang dikonsumsi orang-orang yang mampu," kata Noffrendi di Jakarta, 24 Agustus 2024.
BACA JUGA:Indra Bruggman Ungkap Kondisi Terkini Usai Divonis Penyakit Hipertiroid, Jadi Double Pengobatan
BACA JUGA:Low Back Pain Menyiksa di Bagian Punggung, Pengobatan Terbaru Bisa Tanpa Operasi
Sementara, saat ini sudah banyak obat jenis generik yang lebih murah.
Noffrendi juga menilai bahwa pemerintah telah berhasil menurunkan harga obat.
"Menurut saya, pemerintah itu sudah sukses menurunkan harga obat dengan program JKN. Sangat sukses, itu nggak ada di negara lain, hanya di Indonesia," ujarnya.
Meski begitu, ia tak menampik bahwa bahan baku produksi obat di Indonesia masih mengimpor dari luar negeri.
Noffrendi menyebut bahwa hal ini karena masalah alih teknologi ang belum memadai di Indonesia.
BACA JUGA:Hati-Hati! Viral Ibu di Depok Tertipu Pengobatan Alternatif, Cincin 10 Gram Emas Raib