JAKARTA, DISWAY.ID - Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) angkat bicara terkait tren operasi plastik ke luar negeri.
Menurut M Adib Khumaidi, medical tourism menjadi sebuah daya tarik sehingga banyak masyarakat Indonesia yang berobat ke luar negeri.
"Tujuan untuk berobat ke luar negeri ada beberapa kelompok sebenarnya. Kelompok yang berkaitan dengan ingin mencari second opinion, pelayanan, tapi ada juga kelompok yang memang ikut tren," ungkap Adib ketika ditemui usai Grand Opening Brawijaya DAPS Antasari, Jakarta, 3 September 2024.
BACA JUGA:Marak Depresi dan Bullying di Kalangan Dokter, PB IDI Dorong agar PPDS Dapat Insentif
Kelompok masyarakat yang ikut tren ini salah satunya adalah yang berkaitan dengan masalah estetik kecantikan.
"Kalau kita melihat dari aspek jumlah dan kemudian keluarnya uang yang akan dibelanjakan di sana ya memang cukup besar."
Namun demikian, ia menekankan agar masyarakat memahami hahwa pelayanan kesehatan, terutama bedah plastik dan rekonstruksi tidak bisa selesai hanya dalam satu tindakan.
"Satu aspek yang juga menjadikan dasar di dalam satu pelayanan itu adalah follow-up yang kemudian ditindaklanjuti juga dengan patient safety," tuturnya.
Dijelaskan Adib, seorang yang setelah menjalani operasi harus melalui sersngkaian evaluasi, kontrol, dan sebagainya.
Hal ini yang ditemukan banyak menjadi masalah.
BACA JUGA:Kornas JPPI Ubaid Matraji Ungkap 3 Faktor Utama Akses Pendidikan Masih Mahal
"Kenapa saya bilang sering jadi masalah? Kondisi-kondisi pascaoperasi atau tindakan ini juga perlu ada controlling sehingga inilah yang menurut saya akan lebih baik kalau kemudian dilakukan pelayanan di dalam negeri."
Hal ini karena tidak menutup kemungkinan adanya kebutuhan tindakan darurat pada saat seseorang kesulitan untuk kembali ke luar negeri, tempat pasien sebelumnya melakukan tindakan.
Maka dari itu, ia menilai bahwa lebih baik mendapatkan layanan kesehatan, termasuk operasi plastik di dalam negeri.