WHO Pantau Patogen yang Berpotensi Jadi Pandemi

Jumat 06-09-2024,23:58 WIB
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Editor : Marieska Harya Virdhani

Ada pula famili bakteri yang diidentifikasi sebagai kelompok patogen yang perlu menjadi perhatian.

“Untuk yang bakteri prioritas WHO, khususnya berhubungan dengan resistensi antimikroba (Antimicrobial resistance/AMR) mencakup famili Enterobacteriaceae (misalnya, Salmonella, E. coli), famili Mycobacteriaceae (MTB Complex), famili Bacillaceae (Anthrax), famili Staphylococcaceae (Staphylococcus aureus), famili Neisseriaceae (N. Gonorrhoeae, N. Meningitidis), dan famili Campylobacter Aceae (Campylobacter),” lanjutnya.

BACA JUGA:Covid-19 Baru di Singapura Melonjak, Politisi Partai Golkar: Bukan Lagi Pandemi

“Familia bakteri lain masuk dalam daftar prioritas yang dipantau, yakni famili Pseudomonadaceae (Pseudomonas), famili Leptospiraceae (Leptospira), Famili Vibrionaceae (Vibrio cholerae), dan famili Yersiniaceae (Y. pestis).”

Patogen-patogen ini berkaitan erat dengan berbagai spesies satwa seperti kelelawar (Chiroptera), primata, rodent, dan burung (Aves), yang sering menjadi inang dan vektor penyebaran penyakit.

BACA JUGA:Gawat! Frekuensi Terjadinya Pandemi Makin Singkat, Virus Lompat dari Hewan Jadi Ancaman

Kesiapsiagaan di Tingkat Nasional

Kemenkes akan mengoptimalkan daftar patogen prioritas, baik virus maupun bakteri, yang diidentifikasi sebagai upaya meningkatkan kesiapsiagaan di tingkat nasional, termasuk ketersediaan vaksin, obat-obatan, dan upaya penanggulangan lainnya. 

“Identifikasi prioritas ini juga memperkuat surveilans rutin yang dilakukan salah satunya melalui program ILI (Influenza-like Illness) dan SARI (Severe Acute Respiratory Infections), serta pemanfaatan laboratorium kesehatan masyarakat (labkesmas),” ujar Bonanza Perwira Taihitu.

Saat ini, labkesmas tingkat 2 sudah tersebar di 232 kabupaten/kota di Indonesia, sementara labkesmas tingkat 3 tersebar di 30 provinsi. Selain itu, terdapat 2 labkesmas tingkat nasional dengan satu laboratorium yang memiliki fasilitas Biosafety Level 3 (BSL-3) di Balai Besar Laboratorium Biologi Kesehatan, Jakarta.

BACA JUGA:Covid-19 Baru di Singapura Melonjak, Politisi Partai Golkar: Bukan Lagi Pandemi

“Diharapkan dengan adanya identifikasi ini, akan meningkatkan kewaspadaan semua pihak serta memperkuat aliran informasi dan sistem peringatan dini terhadap situasi yang berkembang di wilayah masing-masing,” sambung Bonanza.

Dalam hal kesiapsiagaan kesehatan, Pemerintah Indonesia juga menerapkan pendekatan One Health yang menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor antara kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan untuk mengatasi tantangan kesehatan secara komprehensif secara kesehatan dan terpadu. Pendekatan ini sejalan dengan rekomendasi WHO, Food and Agriculture Organization (FAO), dan World Organisation for Animal Health (WOAH).

BACA JUGA:Gawat! Frekuensi Terjadinya Pandemi Makin Singkat, Virus Lompat dari Hewan Jadi Ancaman

Selain fokus pada patogen prioritas, pemerintah juga terus melakukan pemantauan penyakit infeksi emerging yang sangat berpotensi dan dapat menimbulkan kedaruratan kesehatan. Beberapa penyakit yang dimaksud seperti Mpox, COVID-19, Middle East Respiratory Syndrome (MERS), dan Avian Influenza (H5N1, H5N6, H9N2).

Direktur Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan dr. Achmad Farchanny Tri Adryanto, M.K.M menegaskan, pemetaan risiko penyakit infeksi emerging sangat penting dilakukan oleh daerah. Apalagi, masih banyak daerah yang belum memiliki peta risiko penyakit infeksi emerging.

Kategori :