JAKARTA, DISWAY.ID - Dilansir dari data Badan Pusat Statistik (BPS), besaran penurunan kelas menengah di Indonesia pada tahun 2024 sudah mencapai 18,82 persen dari total penduduk Indonesia.
Menurut keterangan Ekonom Senior dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bustanul Arifin, jumlah persentasi masyarakat kelas rentan meningkat dari 18,9 persen menjadi 20,32 persen, begitu pula masyarakat calon kelas menengah yang meningkat dari 49,6 persen menjadi 53,45 persen.
Dari jumlah tersebut, ada indikasi bahwa ada fenomena "turun kelas" yang terjadi diantara masyarakat kelas menengah saat ini.
BACA JUGA:Kemendag Sahkan Ekspor Pasir Laut, Resmi Revisi Permendag
BACA JUGA:Selamat Jalan James Earl Jones, Pengisi Suara Star Wars Darth Vader Tutup Usia
"Penurunan share PDB ini jauh lebih cepat dibandingkan dengan peningkatan atau pergeseran dari share tenaga kerja, penurunan kelas menengah itu sudah terlihat dari sana," jelas Arifin dalam diskusi publik INDEF bertajuk 'Kelas Menengah Turun Kelas' yang digelar secara daring pada Senin 9 September 2024.
Arifin menekankan bahwa jika kondisi kelas menengah ini terus dibiarkan, maka bukan tidak mungkin negara Indonesia mulai dibayangi revolusi akibat ketimpangan sosial-ekonomi.
"Kelas menengahnya bolong, kalau turun terlalu jauh maka bukan tidak mungkin kita revolusi," kata Arifin.
BACA JUGA:Jangan Lupa! Pendaftaran CPNS 2024 Ditutup Hari ini 10 September Pukul 23.59 WIB
BACA JUGA:Layanan SIM Keliling Jakarta Hari Ini 10 September 2024, Buka di 5 Lokasi!
Selain itu, Arifin juga mengungkapkan bahwa perubahan serta kebijakan ekonomi-politik juga memiliki pengaruh yang besar terhadap daya beli serta entusiasme masyarakat kelas menengah.
Oleh karena itulah, penting untuk adanya penjagaan terhadap daya beli dan enstusiasme masyarakat kelas menengah.
"Kelas menengah adalah 80 persen penduduk kita. Daya beli dan entusiasme politik kelas menengah perlu dijaga, dan perlu dipantau dengan data mikro dan survey-survey lapangan," pungkas Arifin.