JAKARTA, DISWAY.ID - Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas) menggelar workshop Kolaboratif bertajuk "Strategi Kolaboratif Antarinstansi Dalam Penguatan Kesiapsiagaan SAR Dalam Menunjang Keselamatan Pelayaran" di Jakarta.
Agenda ini diselenggarakan sebagai bentuk upaya mengurangi kecelakaan di perairan dan mendorong keselamatan pelayaran nusantara.
BACA JUGA:Basarnas Tutup Pencarian Jasad Pelaku Tawuran yang Nyebur ke Kali Bekasi
BACA JUGA:Kantor SAR Jakarta Setop Pencarian Usai Evakuasi 7 Mayat di Kali Bekasi: Kami Tetap Bersiaga
Melalui acara ini, Basarnas berharap kolaborasi yang solid antarinstansi pemerintah dan swasta guna akan menjawab tantangan keselamatan pelayaran laut di Indonesia.
Hal itulah yang dikatakan Kepala Basarnas Mayjen TNI Kusworo yang menyebut keselamatan pelayaran tak lepas dari percepatan distribusi informasi.
Hal tersebut di antaranya dinamika cuaca maritim, pengecekan kelayakan kapal, serta pengawasan kepatuhan terhadap regulasi pelayaran menjadi fokus utama dalam upaya kolaborasi tersebut.
“Ini merupakan hasil evaluasi dari operasi SAR selama lima tahun terakhir, khususnya dari 2019 hingga 2024, di mana angka kecelakaan masih cukup tinggi. Evaluasi ini mendorong kami untuk memperkuat sinergi dalam pelaksanaan operasi penyelamatan,” kata Kusworo saat ditemui usai membuka lokakarya strategi kolaboratif antarinstansi di Novotel Jakarta, Senin 23 September 2024.
BACA JUGA:Perkuat Kerja Sama Pertolongan dan Pencarian, Basarnas Teken MoU dengan SAR Timor Leste
BACA JUGA:Perkuat Potensi SAR di Seluruh Indonesia, Basarnas Gelar FKP3 Tingkat Pusat di Jakarta
Kusworo menjabarkan, pihaknya mencatat selama periode 2019-2024 terdapat 3.991 kasus kecelakaan kapal yang melibatkan kapal penumpang, angkutan pariwisata maupun kapal kargo. Kecelakaan di perairan itu mencakup kecelakaan seperti tabrakan kapal, kapal hilang kontak, kapal mati mesin, serta kejadian yang disebabkan oleh cuaca ekstrem.
Lebih lanjut ia mengatakan, Basarnas juga menyoroti praktik operasional pelayaran kapal yang harus diperhatikan. Sebab, meski armada sudah laik jalan, namun pihaknya masih mendapati sejumlah kapal yang beroperasi melebihi kapasitas muatan sehingga memicu kapal itu tenggelam atau kecelakaan.
"Faktor penyebab kecelakaan laut ini butuh dikoordinasikan untuk diatasi, terutama di wilayah perairan timur Indonesia, mengingat kondisi geografis dan cuaca yang sulit diprediksi," kata dia.
Potensi kecelakaan bisa ditekan
Berdasarkan data yang diterima, Kusworo menyebut potensi kecelakaan transportasi laut bisa terus ditekan bahkan hingga 50 persen. Hal itu tak lepas dari upaya nota kesepahaman bersama dalam lokakarya yang diikuti oleh 23 kementerian/lembaga, 10 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan asosiasi, enam civitas akademika, serta 34 perusahaan pelayaran ini.