Sambil lirih menasehati, “kau harus mengerangkeng nafsu buas mu, agar tak mencederai nilai etik, moral dan kemanusiaan. Dan jangan kau ikut sifat bunglon yang bisa merubah haluan dimana mereka berpijak dan punya kepentingan”.
“Jadi siapa tuntunan keteladananannya,” tanya anakku. Aku pun bengong. Karena tidak mungkin menyebut harimau atau bunglon. (Kang Marbawi, 290324)