Langkah BKKBN Menjaga TFR Tetap Seimbang

Jumat 11-10-2024,21:20 WIB
Reporter : M. Ichsan
Editor : M. Ichsan

BACA JUGA:Pastikan Data Stunting Lebih Valid, BKKBN Dorong Pendataan yang Inklusif

Menurutnya, jika salah satu unsur tersebut tidak diintervensi, hasilnya tidak akan  maksimal. Karenanya  harus dikerjakan secara bersama-sama.

“Untuk itu,  kita berkolaborasi dengan semua unsur. Termasuk BKKBN dengan penanganan stuntingnya, karena kami diberi kewenangan untuk intervensi gizinya,” ujarnya.

Jumlah sasaran penerima makan bergizi gratis ini nantinya ada sekitar 82,9 juta jiwa. 

Dadan juga menyinggung terkait perubahan nama dari Makan Siang Gratis menjadi Makan Bergizi Gratis (MBG). Perubahan itu didasarkan atas uji coba yang selama ini digelar di berbagai daerah di Indonesia.

“BGN berkolaborasi dengan semua pihak. Intervensi terkait gizinya  di kami karena memang sudah wewenang. Untuk pelaksanaan lainnya tetap berkolaborasi dengan pihak lain. Terkait data kependudukan pasti dari BKKBN,” ungkap Dadan.

Dadan mengatakan, masa kritis dalam pertumbuhan dimulai saat anak berusia 9-17 tahun. “Pada masa itu intervensi gizi sangat diperlukan. Karena itu, kami menetapkan sasaran program MBG mulai dari ibu hamil dan menyusui, anak balita, sampai anak SMA, baik kaya ataupun miskin,” pungkas Dadan.

BACA JUGA:BKKBN Gelar Program Gerakan 1 Jam Tanpa Gawai, Bentuk Waktu yang Berkualitas Keluarga

BACA JUGA:Gara-Gara Judi Online Rumah Tangga Hancur, Ini Langkah BKKBN

● Butuh Kolaborasi

Hasil uji coba diketahui anak PAUD-SD kelas II, sekolah hanya sampai pukul 10.00. Maka, makanan dikirim ke anak-anak pada pukul 08.00.  

Anak SD kelas III-VI bersekolah hingga pukul 12.00, dan makanan akan mereka terima sekitar pukul 09.00. Sementara anak sekolah tingkat SMP-SMA, jam sekolah hingga pukul 14.00 atau 16.00, maka makanan diterima mereka sekitar 11.30. 

“Karena diterima oleh anak-anak dengan berbagai jam itu, tidak cocok lagi kalau menggunakan nama Makan Siang Gratis, tetapi diubah menjadi Makan Bergizi Gratis,” jelasnya.

Sementara Plt. Kepala BKKBN, Sundoyo, menyampaikan dalam menyongsong Indonesia Emas 2045  dibutuhkan kolaborasi dengan setiap pihak, dan tidak bisa eksklusif atau berjalan sendiri. Termasuk dalam program MBG itu. 

BACA JUGA:Efektif untuk Mencegah Stunting, BKKBN: Ikan Lele Lebih Baik Gizinya Dibandingkan Daging Sapi

BACA JUGA:Wah, Angka Pernikahan di Indonesia Turun! BKKBN Jelaskan Alasannya

Kategori :