JAKARTA, DISWAY.ID - Ketegangan yang dihasilkan dari konflik Timur Tengah terhadap perekonomian global semakin dapat dirasakan setiap harinya.
Dampak dari ketegangan ini pun dapat menjalar hingga ke Indonesia, terutama melalui harga energi dan pangan, serta ketidakpastian ekonomi yang mungkin terjadi akibat eskalasi konflik.
BACA JUGA:Konflik Timur Tengah Semakin Memanas, Ekonomi Indonesia Dikhawatirkan Kena Imbasnya
Menurut keterangan Ekonom sekaligus Dosen Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta, Achmad Nur Hidayat, salah satu dampak utama dari ketegangan antara Israel dan Iran adalah lonjakan harga minyak dunia.
"Timur Tengah, terutama wilayah Teluk Persia, adalah sumber utama pasokan minyak global, dan Iran merupakan salah satu negara produsen minyak terbesar. Jika ketegangan terus meningkat, ada kemungkinan terjadinya gangguan pasokan minyak, baik melalui blokade di Selat Hormuz, jalur transportasi minyak yang strategis, atau melalui serangan terhadap fasilitas minyak di kawasan tersebut," ujar Achmad saat dihubungi oleh Dksway pada Sabtu 19 Oktober 2024.
Selain itu, Achmad melanjutkan, Indonesia sebagai negara pengimpor minyak, akan sangat rentan terhadap fluktuasi harga ini. Saat harga minyak naik, biaya impor energi juga akan meningkat, yang pada akhirnya membebani anggaran negara.
Hasilnya, Pemerintah mungkin terpaksa menaikkan harga bahan bakar dalam negeri, yang berujung pada peningkatan biaya transportasi dan produksi.
"Dampak langsungnya adalah inflasi yang lebih tinggi, yang dapat menggerus daya beli masyarakat dan memperlambat pertumbuhan ekonomi," ujar Achmad.
BACA JUGA: Incar Blok Baru, PT Pertamina Internasional EP Ekspansi ke Timur Tengah
BACA JUGA:Menlu Retno Pastikan WNI di Timur Tengah dalam Kondisi Baik Pasca Konflik Iran ke Israel
Menghadapi risiko yang ditimbulkan oleh ketegangan antara Israel dan Iran, Indonesia perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk melindungi perekonomian domestik dari dampak yang lebih besar. Salah satunya adalah dengan melakukan Diversifikasi Sumber Energi.
"Indonesia harus mempercepat transisi ke energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan panas bumi, untuk mengurangi ketergantungan pada impor minyak," pungkas Achmad.
Menurut Achmad, investasi dalam infrastruktur energi terbarukan tidak hanya akan melindungi Indonesia dari fluktuasi harga minyak dunia, tetapi juga mendukung target pembangunan berkelanjutan.