Kendati demikian, ia menyoroti perlunya langkah lanjutan melalui surveilans agar tidak terjadi kasus baru lagi.
"Saya kira cukup, tapi lockdown tidak hanya sekadar tidak boleh sekolah, harus langsung surveillance juga supaya kemudian nanti setelah 2 minggu benar-beenar tidak akan ada kasus lagi," terang Adib di Kantor PB IDI, Jakarta, 24 Oktober 2024.
Dalam hal ini, sekolah perlu berkoordinasi dengan puskesmas dalam melakukan surveilans epidemiologi.
"Jadi pada prinsipnya di dalam mengelola kesehatan tadi tentunya harusnya ada sebuah masukan juga dari kesehatan apa yang dilakukan oleh sekolah".
BACA JUGA:Inilah Beragam Fasilitas dan Biaya Layanan BRILink
BACA JUGA:Syarat Mudah, Proses Cepat! Begini Cara Ajukan KUR BRI Secara Online
Penerapan PJJ juga sudah bukan hal baru dengan terjadinya pandemi Covid-19 lalu.
Di samping itu, ia juga menyoroti pentingnya pembelajaran tetap berjalan selama PJJ.
"Kita punya pengalaman pada saat Covid-19 dan lockdown, itu bukan berarti menghentikan pendidikan tapi mungkin harus diganti dengan proses pendidikan secara jauh. Tapi yang jelas pada saat kita bicara penanganan penyakit menular, salah satu upaya yang bisa kita lakukan adalah menjaga kontak."
Sejalan dengan itu, ia mengingatkan agar orang tua memperhatikan gizi siswa sehingga lebih tahap terhadap penyakit.
"Supaya kita tidak terkena penyakit menular, maka siswa juga harus kemudian ditingkatkan gizinya juga supaya dia tahan dengan penyakit-penyakit virus," pungkasnya.