JAKARTA, DISWAY.ID -- Dewasa ini, semakin banyak perempuan yang turut berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Mereka bergelut pada berbagai penelitian di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).
Kendati demikian, peneliti perempuan tidak hanya berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi lebih dari itu.
BACA JUGA:Kunjungan Prabowo ke China Gaet Investasi Rp 157 Triliun
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Belmawa Kemendiktisaintek) Sri Suning Kusumawardani menjelaskan, perempuan dalam pendidikan, baik sebagai pendidik maupun akademisi, berperan penting dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan berkualitas.
" Perempuan pendidik juga sering menjadi contoh, teladan, dan inspirasi bagi anak perempuan untuk mengejar pendidikan yang lebih tinggi, sehingga mendukung tujuan kesetaraan gender dalam pendidikan," terang Suning pada L'Oréal-UNESCO for Women in Science National Fellowship 2024 Award Ceremony di Jakarta, 11 November 2024.
Kemudian, peneliti perempuan juga menjadi kontributor utama dalam penelitian dan inovasi.
"Kita tidak bisa pungkiri, perempuan di bidang sains membawa perspektif yang kaya dan seringkali unik dalam penelitian," tambahnya.
BACA JUGA:Dukung Kebijakan Mentan Amran, Kemenperin Dorong Upaya Serap Susu dalam Negeri
Ia mencontohkan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa keberagaman gender dalam pendidikan meningkatkan kreativitas, semangat, memperkaya sudut pandang, dan mempercepat inovasi.
Di banyak bidang seperti kesehatan, energi terbarukan, dan lingkungan, para ilmuan perempuan juga memainkan peran kunci dalam penemuan dan solusi baru yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Sebagai kelompok rentan, peneliti perempuan pun berperan membawa perubahan sosial dan kesetaraan.
"Ketika perempuan aktif dalam pendidikan dan sains, mereka membantu mengikis stereotip gender yang menghambat kemajuan perempuan," jelasnya.
Suning mengakui bahwa masih saja ada bias yang menganggap bidang STEM lebih cocok untuk laki-laki dibanding perempuan sehingga terdapat ketimpangan rasio jumlah peneliti antara kedua jenis kelamin tersebut.
BACA JUGA:Kapolri Ungkap Penyebab Kebocoran Anggaran, Mulai dari Suap hingga Penggelapan Pajak