JAKARTA, DISWAY.ID -- Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH menyoroti masih minimnya deteksi dini penyakit kanker di Indonesia.
Akibatnya, pasien mendatangi fasilitas layanan kesehatan dan memulai pengobatan setelah memasuki stadium lanjut.
"Pasien-pasien yang datang ke Rumah Sakit Kanker Dharmais, umumnya sekitar 60-70 persen itu di stadium empat. Masalahnya, kalau mau bilang berapa persen (pasien kanker stadium awal), kita bilang bahwa kita memang masih sangat rendah," ungkap Ari ketika ditemui usai pembukaan Women Health Expo & Bazaar 2024 di SMESCO, Jakarta, 16 November 2024.
BACA JUGA:Skrining Kesehatan Dini Penting, Peluang Sembuh dan Perpanjang Usia Harapan
Banyaknya pasien yang terlambat berobat ini salah satunya karena deteksi dini penyakit yang masih minim.
"Sampai saat ini pemerintah belum menerapkan mass screening. Jadi mass screening kanker ke masyarakat itu belum. Jadi kita belum bisa juga bilang berapa angkanya. Kasus itu datang setelah dia ada gejala. Jadi umumnya sudah terlambat," tuturnya.
Meski begitu, terdapat pada beberapa kasus, terdapat riset sehingga ditemukan jumlah pasien yang masih prakanker atau stadium awal.
"Misalnya di bidang saya, kanker usus besar, melakukan riset, kebetulan ada proyeknya riset tersebut. Kita bisa bilang bahwa kita bisa mendeteksi sekitar 5-10 persen bahwa dia nih calon pre-cancer, misalnya seperti itu."
Namun, pada bidang kesehatan yang tidak melakukan studi, tidak akan diketahui adanya penderita kanker di tahap awal.
"Itulah, dalam tanda petik, ini adalah PR."
BACA JUGA:Masyarakat Agar Tidak Salah Paham, Wamenaker Pastikan Tidak Ada PHK Karyawan Sritex
Di sisi lain, ia juga mengapresiasi terhadap program pemerintah yang segera diluncurkan, yakni medical check up gratis sebagai kado ulang tahun.
"Tapi yang penting adalah, menurut saya, memang bukan sekkdar pemeriksaan kesehatan, justru yang penting adalah follow up-nya itu tadi," tambahnya.
Pasalnya, ia tak jarang menemukan pegawai swasta yang mendapatkan fasilitas kantor untuk melakukan pemeriksaan gratis dan mengetahui penyakit-penyakit yang dideritanya, tetapi tidak melanjutkannya dengan pengobatan klinis.
"Banyak pemeriksaan-pemeriksaan kesehatan, padahal pekerja itu sudah free of charge, tapi dia tidak follow-up, artinya dari institusi pelayanan kesehatan maupun dari yang bersangkutan. Itu tidak ada gunanya," tandasnya.