Waspada PPOK, Ikuti Saran Ahli Paru Tangkal Polusi Udara di Dalam dan Luar Ruangan

Kamis 21-11-2024,08:59 WIB
Reporter : Annisa Amalia Zahro
Editor : Marieska Harya Virdhani

JAKARTA, DISWAY.ID – Tak hanya di luar ruangan, di dalam ruangan pun tak lepas dari risiko polusi udara.

Ahli Spesialis Paru Alfian Nur Rosyid, dr., SpP(K), FAPSR, FCCP mengatakan perlunya menjaga kelembapan dan kebersihan ruangan untuk memastikan tidak adanya polusi yang tertinggal.

"Yang bisa dilakukan juga memberikan tanaman-tanaman hias mungkin di rumah, kemudian menggunakan air purifier itu juga penting sekali dilakukan untuk (menghindari) polusi indoor," kata Alfian.

BACA JUGA:Atasi Polusi Jakarta, RIDO Bakal Tanam 3 Juta Pohon dan Tambah RTH

Sementara pada luar ruangan, ia menyarankan untuk menggunakan transporasi umum yang ramah lingkungan.

"Penggunaan transportasi umum, bersepeda atau berjalan kaki, itu juga memberikan kontribusi untuk menurunkan karbon emisi kendaraan. Kemudian juga melakukan infrastruktur hijau, membuat area hijau, tanaman-tanaman itu juga penting. Tapi juga ini perlu sinergi dari banyak pihak, bukan dari hanya kesehatan saja tapi berbagai lintas sektor," tuturnya.

BACA JUGA:Ridwan Kamil: Perumahan Vertikal Solusi Kemacetan dan Polusi di Jakarta

Bahaya penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

Dokter ahli Prof. Dr. dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD K-P, Finasim, FCCP menjelaskan, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan penyakit pernapasan dengan keluhan menahun, utamanya sesak napas.

Gejala ini selain menetap juga kian memburuk seiring waktu.

"Hal ini menunjukkan adana pertambahan progresivitas dari keluhan pernapasan yang disebabkan karena adanya penyempitan saluran napas," terang Arto dalam temu media daring, 20 November 2024.

BACA JUGA:Atasi Polusi, DLH DKI Jakarta Kerja Sama dengan dengan Clean Air Fund untuk Perbaikan Kualitas Udara

Selain penyempitan saluran napas, penyakit ini juga bisa timpul akibat adanya kelainan di alveoli dan alveolus (kantong udara di paru-paru) yang rusak dan melebar.

"(Paru molor) ini menyebabkan terjadinya penumpukan dari karbon monoksida yang terjadi penumpukan sehingga pasien akan mengalami sesak kronis dan bisa menyebabkan terjadinya gagal napas."

"Umumnya, pasien PPOK ini bisa dari tipe-tipe yang bronkitis kronis yang akan mengalami batuk lama, yang produksi dahaknya tidak habis-habis, batuk terus."

BACA JUGA:Atasi Polusi, DLH DKI Jakarta Kerja Sama dengan dengan Clean Air Fund untuk Perbaikan Kualitas Udara

Kategori :