Datuk ITB

Jumat 22-11-2024,04:05 WIB
Oleh: Dahlan Iskan

Saya bertemu Datuk Low Tuck Kwong lagi. Kemarin. Kali ini di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta –di ruang tunggu khusus untuk naik pesawat pribadi.

Anda masih ingat: saya pernah bertemu Datuk di kebun binatang miliknya di pedalaman Kaltim, dekat tambang batu baranya: PT Bayan. Pertemuan itu saya tulis di Disway beberapa seri yang lantas dibukukan dengan judul Durian Low.

"Ini dia Durian Low," ujar Ferry Humato sambil mengeluarkan buku tersebut dari dalam tasnya.

Ferry adalah asisten Datuk yang kemarin menemani kami ke Bandung. Satu lagi yang juga ikut terbang dengan pesawat Gulfstream itu: Alexander Ery Wibowo, direktur PT Bayan.

"Tidak capek?" sapa Datuk di ruang tunggu. Datuk tahu saya baru beberapa jam lalu mendarat dari Amerika. Kini ikut ke Bandung: menyaksikan peresmian gedung laboratorium (Labtek) ke-XVII di ITB.

Itulah gedung sumbangan dari Datuk. Empat lantai. Di lokasi yang dulunya bangunan semi permanen.

"Yang ini bukan sumbangan dari PT Bayan," ujar Prof Dr Purnomo Yusgiantoro. "Ini dari kantong pribadi Datuk," tambahnya.

Anda sudah tahu siapa Purnomo: menteri ESDM tiga presiden (Gus Dur, Megawati Soekarnoputri, dan SBY) dan mantan menteri pertahanan.

Ia alumni teknik perminyakan ITB. Pernah jadi komut di PT Bayan, perusahaan batu bara dengan laba terbesar di Indonesia. Seumuran dengan saya.

Purnomolah yang memperjuangkan bantuan itu: Rp 100 miliar. Separo untuk membangun gedung. Setengahnya lagi untuk dana abadi beasiswa ITB.

Dana itu sudah cair di tahun 2019. Hasil perputarannya sudah bisa untuk memberikan beasiswa kepada 1.400 mahasiswa. Bahwa bangunannya baru selesai kemarin itu karena mendadak ada Covid-19.


Prof Ridho Kresna Wattimena menjelaskan fasilitas di Lantai Purnomo Yusgiantoro kepada Datuk Low Tuck Kwong dan Dahlan Iskan.--

"Saya rektor baru saat itu. Saya berpidato di sini untuk acara peletakan batu pertamanya," ujar Rektor ITB Prof Dr Reini Wirahadikusumah. "Hari ini tinggal dua bulan saya jadi rektor. Saya pidato lagi di sini untuk peresmiannya," tambahnyi.

Prof Reini juga baru mendarat dari Amerika. Dia dari MIT: menjalin kerja sama penulisan bersama antara peneliti MIT dan ITB.

"Kerja sama dengan lembaga sekelas MIT kan mahal. Yang sulit, kami harus menemukan cara agar bisa murah," ujar Reini. "Berhasil," tambahnyi.

Baru sekali ini saya menyaksikan gaya rektor ITB berpidato. Jauh dari formal. Penuh improvisasi. Bergaya apa adanya.

Juga baru sekali ini melihat gaya perminyakan ITB menampilkan acara doa. Yang memimpin doa: ketua jurusan. Baju dan celananya seperti baru pulang dari ladang minyak. Sangat alami. Tanpa dibuat-buat seolah si pembawa doa punya koneksi khusus dengan Tuhan.

Datuk Low Tuck Kwong tidak menyampaikan pidato. Ia memang rendah hati. Yang berpidato atas nama Datuk adalah Filda Citra Yusgiantoro, putri Purnomo.

Datuk tampil hanya untuk menekan tombol dan menggunting untaian bunga. Usianya 76 tahun tapi jalannya masih tegak. Wajahnya penuh dengan senyum.


Penandatanganan prasasti peresmian oleh Rektor ITB dan Datuk Low Tuck Kwong.--

Dalam penerbangan dari Halim ke Bandung saya duduk di sofa sebelah Datuk. Tapi dalam penerbangan 20 menit itu Datuk lebih banyak mendengarkan obrolan saya dengan Alex. Direktur Bayan ini adalah menantu Purnomo. Alex seorang doktor ilmu hukum ekonomi, perusahaan, dan keuangan dari University of California Berkeley.

Ketika makan malam, saya duduk di sebelah kiri Datuk. Purnomo di sebelah kanannya. Banyak guru besar dan doktor perminyakan ikut hadir. Ada generasi doktor lulusan Amerika. Ada generasi doktor lulusan Prancis. Doktor-doktor yang lebih muda sudah bercampur lulus dari banyak negara.

Di makan malam ini saya baru tahu: Bayan, sebagai perusahaan, punya dana CSR sendiri. Datuk sebagai pribadi punya dana sosial sendiri. Beasiswa seperti di ITB itu diberikan juga untuk 12 universitas lainnya seperti UI, UGM, dan Undip. Juga untuk tiga universitas di Kaltim –Universitas Mulawarman di Samarinda, Unikarta di Kutai, dan Uniba di Balikpapan.


Dahlan Iskan mewawancarai mahasiswa penerima beasiswa dari Low Tuck Kwong dan Purnomo Yusgiantoro Centre.--

Dari peresmian saya ingin mampir ke galeri Nyoman Nuarta. Jalan ke sana macet total. Saya balik arah ke stasiun kereta Bandung. Waktu mepet. Tidak boleh ketinggalan kereta ke Surabaya.( Dahlan Iskan)

Komentar Pilihan  Dahlan Iskan di  Disway Edisi 21 November 2024: Kokkang Ibunda

Mbah Mars

Jadi ingat saat mengaji kitab Riyadhus Sholihin. Dalam salah satu hadits, Rasulullah berkisah tentang tiga orang yg terjebak dlm gua. Agar selamat mereka sepakat berdoa dengan menggunakan wasilah (perantaraan) amal sholeh yg pernah mereka lakukan. Salah satu dari tiga orang itu berdoa: “Ya Allah, dulu sewaktu ayah ibu hamba masih hidup, hamba selalu berusaha membahagiakan mereka dengan segala kemampuan. Setiap malam, hamba buatkan susu untuk mereka sebelum tidur. Suatu hari hamba terlambat pulang. Sampai rumah, ayah ibuku sudah terlelap. Maka hamba tunggui mereka di dekat tempat tidurnya. Jika mereka bangun akan hamba buatkan susu hangat untuk mereka. Ternyata semalaman ayah ibu tidak terjaga. Baru keesokan harinya mereka bangun. Begitu bangun hamba beri minum mereka dengan susu. Jadi semalaman hamba tidak tidur menunggu kalau-kalau ayah ibu bangun. Ya Allah dengan wasilah amal birrul walidain itu, hamba berdoa semoga Engkau berkenan menyelamatkan kami dari gua ini”. Doa orang ini terkabul. Mulai terbukalah mulut gua.

sigit

Muter muter ujung ujungnya kembali makan singkong, lucu dan memang lucu, Ketika seseorang sudah jenuh dengan kehidupan dunia dia akan kembali ke semula untuk menemukan ketenangan. Pingin cari kemewahan , makan enak, lalu sudah pernah merasakan semuanya, kembalinya ke awal semula , makan singkong, makanan nostalgia masa kecil, masa belum jadi siapa siapa. Dunia semakin dikejar dan telah diperoleh malah membosankan, beda dengan akhirat semakin dikejar dan setelah didapatkan semakin penasaran dan semakin bertambah nikmat. Surga Dunia ada dua, yaitu menyenangkan Tuhan dan menyenangkan orang tua.

Mirza Mirwan

Bagi Wahyu, pun bagi saya, ibu adalah "the best mom ever". Nun semasih kanak-kanak dulu bahkan saya berharap semoga setiap anak punya ibu sebaik ibu saya. Demi ibundanya, Wahyu rela meninggalkan pekerjaannya yang sudah mapan. Begitu pula saya, 47 tahun nan silam saya rela meninggalkan ujian akhir semester dua hari (3 mata kuliah) demi menunggui ibu yang menjalani operasi. Dan mungkin berkat bakti saya pada ibu, 3 mata kuliah itu saya meraih nilai A dalam ujian tersendiri. Pembaca CHD angkatan lama mungkin masih ingat, saya pernah menuliskan di sini, bagaimana di usia 20 tahun saya pernah jemawa "sanggup membayar berapapun biayanya untuk kesembuhan ibu". Tetapi kata-kata Dokter Ong (Singgih Ongkowidjojo) seperti menampar pipi saya: "Sekiranya dengan uang hidup seseorang bisa diperpanjang, orang seperti Konstantin Onassis dan Rockeffeller tak pernah mati, Mas. Sebagai dokter, tentu saya akan berusaha sebisa saya, tetapi....dst". Saya hanya "ketunggon" ibu selama 20 tahun. Tetapi dari almarhumah saya mendapat warisan nasihat-nasihat sederhana yang tetap saya ingat dan jalankan. Seperti: jangan pernah melupakan shalat, jangan pernah iri dan dengki pada orang lain, jangan pernah menghina siapapun, hormati yang tua sayangi yang lebih muda, dan nasihat sederhana lainnya. Saya meneruskan nasihat ibu itu kepada dua putri saya yang hanya mengenal sang nenek dari foto saja. Untuk pembaca CHD ysng masih punya ibu, lihatlah betapa berbaktinya seorang Wahyu kepada ibundanya. All out.

Mirza Mirwan

Namanya juga karikaturis. Otaknya sarat dengan kreativitas. Konon ibunda Wahyu adalah penggemar sambal terasi ekstra pedas. Level 42, istilah Wahyu. Tapi atas nasihat dokter, sang ibu tak boleh lagi mengkonsumsi sambal. Lihatlah bagaimana kreativitas Wahyu menyikapinya. (dari Tentang Sambal) Ibu: Ndi sambele, kok ora krasa? (Mana sambalnya, kok nggak kerasa?) Aku: Tadi ada pengemis minta-minta, tak kasih uang nggak mau, tak kasih piagam penghargaan nggak mau, eh, malah minta sambal, jadi sambalnya tak kasihkan pengemis. Nggak apa-apa, anggap saja itu sedekah dari ibuk ya... Ibu: Pengemis sekarang aneh-aneh, ya sudah nggak apa-apa. Aku: Yang penting ibuk terus bisa bersedekah dan ikhlas. Ibu ikhlas kan? Ibu: Iya, aku ikhlas. Aku: Alhamdulillah, semoga berkah ya Buk. Ibu: Amiiien. Acara makan pun berlanjut dengan tenang dan damai. (Ya Tuhan, aku paham Engkau juga Maha Maklum, aku hanya memaksimalkan kreativitas, jangan Engkau anggap ini sebagai kebohongan anak pada ibunya, pliiiss...)

Jokosp Sp

Ayam opo?. Kiriman kolonel sanders. Sopo iku?. Komendan upacara bendera di kecamatan. Penyampaian yang luar biasa dengan sangat syabar dan kasih sayang ke seorang ibu yang sudah sepuh. Mungkin terasa lucu bagi kita, tetapi bagi ke seorang ibu itu mudah untuk dipahami. Sayapun ikut trenyuh yang luar biasa, karena masih sama punya seorang ibu yang sudah 96 tahun umurnya, dan alhamdullilah masih sehat dengan sedikit kekurangan karena satu "faktor U" dan anak-anaknya semua memakluminya. Kita akan sama nanti dan tua, tidak bisa dihindari. Semoga Kokkang diberi kemudahan, kesehatan yang baik, kelancaran rizki dan tetap iman.....Aamiin.

Gregorius Indiarto

Setengah jam, mondar mandir melihat lihat makanan yang tersaji. Tidak memutuskan mau ambil yang mana. Kembali duduk, buka kresek, masih ada telo sisa. Wes, mangan telo ae. Hemat? Tidak!! Ngrowot? Tidak!! Lalu? Jaga kesehatan. Mmmmhh,.... cara jaga kesehatan orang yang sudah tua. ...... Saya belum bisa. Anda? Pasti tidak bisa, karena Anda belum tua. Bukan, karena belum bisa memilih dan memilah, mana yang baik dan mana yang terbaik. * Maunya masih yang nikmat, belum sadar yang sehat.

Achmad Faisol

Saya keluarkan singkong rebus sisa dari Chicago. ####### singkong mahal ini... naik pesawat soalnya... he he he

Gianto Kwee

Mujijat ! Awal 1973, aku ditugaskan mengrim Kopra dari Ngunut Tulung Agung ke Jogja dan lanjut ke Surabaya dan balik ke Ngunut, Tugas perdana sebagai seorang "Sopir Truk" kalau sukses, aku diterima jadi Sopir Senior ! Masalah nya , hari itu aku menderita "Flu Berat" aku pamit ke ibu, ibu melarang dan aku Ngotot ! "Ibu ini kesempatanku untuk naik pangkat" Ibu terdiam dengan terpaksa aku diberi ijin ! Aku berangkat dan "Ajaib" Belum 15 Km aku berjalan, tiba-tiba "Flu Berat" Yang aku derita Sembuh total, seakan aku tidak penah kena Flu ! Doa ibu adalah Mujijat, di tahun itu juga ibuku Wafat. Mas Kokkang sungguh beruntung, bisa merawat ibunda disaat mas Kokkang sudah mapan, Salam Damai

Asep Sumpena

Sebagai orang yang bakal tua, saya sangat menghargai anak yang mengurus orang tua, di masa tuanya. Namun, saya berniat di masa tua nanti tidak mau merepotkan anak-anak saya. Semoga Tuhan memberikan kesehatan kepada kita senantiasa, di samping ikhtiar kita untuk menjaganya. Amin.

Ahmed Nurjubaedi

Kembali ke yang basic. Itu yg dilakukan Pak Dahlan. Di manapun berada, makannya tetap singkong rebus. Kalau saja orang Indonesia yg sudah kepala 4 mau niru Pak Dahlan, pasti besar dampaknya. Buat makan ya cukup yang dikukus atau direbus: singkong, ubi jalar, talas, waluh, dan aneka umbi-umbian yang lain. Cukup dimakan pakai sambel atau kelapa parut. Atau tanpa apa-apa. Maka penyakit-penyakit akibat berlebihan makan yang aneh-aneh akan lenyap. Badan jadi ramping dan sehat. Ekonomi keluarga membaik. Dan seterusnya. Budget makan dialihkan untuk makan bergizi anak-anak, juga pendidikan mereka. Pertanyaan untuk diri sendiri: apa kamu mampu melakukannya? Aku: Kelihatannya buerat... Hehehe... Tapi kok masuk akal banget dampaknya.... Pertanyaan: Jadi? Aku: Wis, tak coba ngga ya kayak Pak Dahlan. Mulai besok tak makan umbi-umbian. Semoga konsisten.

Kang Sabarikhlas

Setelah baca buku Wahyu Clekit, Cobalah simak videoclip+lagu dari -karnamereka - "Ayah Ibu" Ayah disini ku sendirian/ Merenungi kata yang dulu kau berikan/ Betapa beratnya hidup kurasakan/ Inginku bertemu katakan/ Ayah tolong beritahu ibu/ Ingin memeluknya tapi aku malu/ Malu jika aku hanya bisa mengeluh/ Maafkan aku Ayah Ibu/ Suatu saat nanti kan kugantikan tugasmu Ayah/ Doakan aku ibu, restumu sertai langkahku/ Ayah dengarkanlah, bahagia pasti datang/ Percayalah Ibu, engkau kuatkan aku/ Ibu jangan khawatirkan aku/ Ku bukan sikecil yg selalu dimanja/ Ibu aku si pemberani harapan ibu/ Ibu tolong percaya/ Ayah, katakan pada ibu/ Ku bisa melewati semua pahitku/ Meskipun kenyataannya Ayah tahu/ Ayah engkau penyelamatku/ Ibu engkau penguatku/

djokoLodang

-o-- KASIH IBU Di Jepang, dulu ada tradisi membuang orangtua yang sudah tua ke hutan. Mereka yang dibuang ialah orangtua yang sudah tidak berdaya sehingga tidak memberatkan kehidupan anak-anaknya. Pada suatu hari ada seorang pemuda yang berniat membuang ibunya ke hutan. Soalnya, si ibu telah lumpuh dan agak pikun. Si pemuda bergegas menyusuri hutan sambil menggendong ibunya. Si ibu yang kelihatan tidak berdaya berusaha menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnyi lalu mematahkannyi dan menaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui. Sesampai di dalam hutan yang sangat lebat, si anak menurunkan ibu tersebut dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha menahan sedih. Ternyata dia tidak menyangka tega melakukan perbuatan itu terhadap ibunya. Justru si ibu yang tampak tegar. Dalam senyumnyi dia berkata, "Anakku, ibu sangat menyayangimu. Sejak kau kecil sampai dewasa ibu selalu merawatmu dengan segenap cintaku. Bahkan sampai hari ini rasa sayangku tidak berkurang sedikit pun. Tadi ibu sudah menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut kau tersesat. Ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai di rumah." Setelah mendengar kata-kata tersebut, si anak menangis dengan sangat keras. Ia kemudian langsung memeluk ibunya. Ia kembali menggendong sang ibu untuk dibawa pulang ke rumah kembali. Pemuda tersebut akhirnya merawat ibu yang sangat mengasihinya sampai ibunya meninggal. --koJo.- * mungkin sdh pernah saya tulis sebelumnya.

Ahmed Nurjubaedi

"Ndang adus dhisik sak durunge Maghrib." (Segera mandi sebelum waktu Maghrib tiba). Itu yang selalu dikatakan almarhum Ibu saya. Sejak saya kelas 1 SD sampai anak saya masuk SMP. Sampai beliau kapundhut 3 tahun yang lalu. Ajaibnya, saya juga selalu obrak-obrak anak-anak saya saat menjelang Maghrib. "Segera mandi, Mas/ Mbak. Mumpung belum Maghrib. "

Wilwa

@Djoko. Versi lain mengisahkan mengenai sang cucu lelaki yang masih kecil yang sayang pada neneknya. Ketika mengetahui sang nenek dibuang, maka sang cucu marah dan menangis sejadi-jadinya. Dan berkata: Nanti kalau ayah sudah tua, akan saya buang ke hutan seperti ayah membuang nenek! Ucapan itu membuat sang anak sadar dan membawa pulang ibunya dari hutan

djokoLodang

-o-- Filsuf Plato pernah berkata: "Saya adalah orang paling bijak yang pernah ada, karena saya tahu satu hal...yaitu saya tidak tahu apa-apa." * Bagaimana dia menyadari hal itu? ... bahwa dia tak tahu apa-apa? Diberitahu ibunya ... --koJo.-

Lukman Nugroho

Ibumu... Ibumu... Ibumu, baru ayahmu. Tentu ini guyon. Harusnya ada tiga ibu pada satu ayah

Yellow Bean

Keseriusan diet yang Pak Dahlan Iskan jalani dengan konsisten mengkonsumsi singkong sangat menarik untuk saya telisik kandungan nutrisi yang pasti di jadikan pilihan oleh Pak Dahlan Iskan. Akhirnya brosing kandungan nutrisi singkong dan nasi saya sandingkan. Kenapa saya bandingkan dengan nasi. Karena nasi adalah sumber karbohidrat yang paling banyak di konsumsi. Walaupun di lain kesempatan Pak Dahlan Iskan mengkonsumsi nasi porang yang mungkin tidak mudah di dapatkan di sembarang tempat. Ternyata dari yang saya lihat kandungan protein singkong jauh lebih rendah dari nasi. Tapi kandungan kalium sangat tinggi di singkong. Vitamin C dan serat pangan juga lebih unggul di singkong. Mungkinkah ini terkait diet untuk menjaga liver yang berasal dari Tiongkok sana. Namun yang pasti diet seperti itu banyak di lakukan oleh orang tua jaman dulu. Cenderung lebih sehat dan umur nya juga panjang. Mungkinkah terkait dengan kesehatan jantung juga. Mengingat bahkan Pak DI. Mampu senam dansa Berjam jam dengan di iringi alunan lagu midley berpuluh puluh. Pantas menjadi perhatian generasi muda yang banyak mengkonsumsi makanan instan. Jika beras dianggap lebih baik untuk pasien autis. Mungkinkah olahan singkong juga bisa menjadi bahan unggulan. Mengingat kandungan gluten pada gandum yang tidak aman untuk tumbuh kembang anak autis. Selamat siang dan salam sehat selalu untuk semua sahabat CHDI di mana pun berada.

Liáng - βιολί ζήτα

selingan Song : "时间都去哪儿了 (Shíjiān dōu qù nǎr le) ---> Where Has the Time Gone?" Singer : 張信哲 (Zhang Xinzhe) >>> lebih dikenal dengan nama Jeff Chang Lyricist : 陈曦 (Chén Xī) Composer : 董冬冬 (Dǒng Dōngdōng) >>> jangan sambil ketawa membaca nama Composer yang satu ini... lha memang namanya  begitu koq... "Where Has Time Gone ??" is a beautiful song. Time flies, we grow up but our parents are getting older, the song would like to tell us that "be sure to spend time with your parents while you can, because one day when you look up from your busy life, they won't be anymore !!" [1/3]

djokoLodang

--o- INDUK MACAN Di Gujarat seseorang membeli seekor sapi. Pada malam hari nya dia mendengar anjing menggonggong. Itu terjadi beberapa malam berturut-turut; jadi ia memasang CCTV. Ia terkejut melihat ada macan tutul berkunjung setiap malam dan duduk di dekat sapi. Ia pun bertanya pada pemilik sebelumnya. Rupanya induk macan tutul itu tewas terbunuh ketika anaknya baru berusia 20 hari. Sapi itu memberikan susunya dan menyelamatkan nyawanya. Anak macan itu kemudian ditinggalkan di hutan saat ia tumbuh dewasa. Tapi, macan tutul dewasa datang setiap malam dan masih menghabiskan waktu bersama sapi, yang dianggapnya sebagai induknya.... --koJo.-

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

SATU KALI KELILING BUMI: DARI JAKARTA TERBANG KE ARAH TIMUR, KEMUDIAN KEMBALI KE JAKARTA DARI ARAH BARAT.. "Saya kembali memutari bumi. Berangkat ke arah timur; (Jakarta-Guangzhou-San Francisco-New York). "Pulang (nya, muncul) dari barat: (Chicago-Istanbul-Singapura-Jakarta). Begitu ceritera Abah di Disway/ CHDI hari ini. ### Itu berarti, tidak termasuk jalan-jalan pak Dahlan di lokal Amerika, hanya dari halan-halan keliling bumi nya, beliau telah menempuh jarak 40.075 kilometer. Tapi kalau, misalnya, pak Dahlan perginya, dari Jakarta ke Kutub Utara, terus baliknya, muncul dari Kutub Selatan, maka meski sama-sama mengelilingi bumi, jarak yang udah beliau tempuh adalah 40.008 kilometer. Lho kok beda? Jawabnya, karena, bulatnya bumi itu sebenarnya, bukan "bunder kepleng", tapi "bulat pepat", atau "oblate spheroid", atau "agak gepeng", di bagian kutub, gara-gara "rotasinya".. ### Kalau tidak percaya, "ukuren dewe".. (He he..)..

Kategori :