JAKARTA, DISWAY.ID - Indonesia menambah lagi Rumah Sakit Apung (RSA) terbaru yakni RSA dr. Lie Dharmawan III (Putra Tomia).
RSA yang diperkenalkan oleh doctorSHARE itu merupakan unit RSA ketiga doctorSHARE, setelah RSA Nusa Waluya II dan RSA dr. Lie Dharmawan II (Bahenol II). RSA dr. Lie Dharmawan III (Putra Tomia).
RSA ini dperkenalkan pada Minggu, 1 Desember 2024 di Batavia Marina, Sunda Kelapa.
BACA JUGA:Kesaksian Tetangga Saat Membawa Ibu Korban Penusukan Oleh Anaknya Dibawa ke Rumah Sakit
Apa saja fasilitas RSA?
RSA dr. Lie Dharmawan III (Putra Tomia) setara dengan rumah sakit darat Tipe D. Kapal bertipe phinisi ini dilengkapi dengan fasilitas elektrokardiogram (EKG), ultrasonografi (USG), Laboratorium, Kamar Operasi, Ruang Resusitasi, dan Ruang Pemeriksaan Pasien.
Rumah Sakit Kapal ini direncanakan akan melayani masyarakat di wilayah Kutai Kartanegara, Kutai Barat, dan Kutai Timur pada tahun 2025 mendatang.
Yayasan Dokter Peduli atau doctorSHARE bersama Founder doctorSHARE, dr. Lie Dharmawan dan tim doctorSHARE fokus menghadirkan akses layanan kesehatan holistik dan program inovatif berkesinambungan berbasis semangat kerelawanan.
“Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki tantangan dalam penyediaan akses ke pelayanan kesehatan terpadu yang berkualitas dan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat hingga ke pelosok-pelosok daerah atau pulau terpencil. Selama pelayanannya, doctorSHARE melihat perlunya inovasi berkelanjutan dan keterlibatan dari semua pihak untuk penyediaan layanan kesehatan yang layak”, ungkap Ketua Pengurus Yayasan Dokter Peduli, Tutuk Utomo Nuradhy.
Menurut Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI, akses fasilitas Kesehatan di Indonesia masih belum merata.
Banyak masyarakat Indonesia yang merasa kesulitan mengakses fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit dan Puskesmas.
Sebanyak 62,8% masyarakat Indonesia mengatakan bahwa akses untuk mendapatkan layanan kesehatan di Rumah Sakit masuk dalam kategori sulit dan sangat sulit.
Selanjutnya jika kita menilik ke akses masyarakat pada layanan di fasilitas kesehatan primer seperti Puskesmas, masih ada 50,2% masyarakat yang merasa sulit dan sangat sulit.