"Dekat dengan kekuasaan atau kekuatan merupakan prestasi atau menunjukkan kehebatan seseorang. Hal ini tidak hanya terjadi pada aparat seperti tentara atau polisi, kedekatan dengan pejabat pemerintah atau bos pengusaha juga sama, yakni simbolisiasi dari kekuasaan dan kehebatan," paparnya.
Dalam kehidupan sosial, hal ini menciptakan status sosial semu, di mana orang merasa memiliki kekuasaan tinggi daripada orang lain.
"Karena itu, kasus kekerasan yang terjadi pada GS merupakan manifestasi dari rasa superior seorang GS karena merasa dekat dengan aparat, sedangkan korban adalah manifestasi subordinat karena tidak dekat dengan aparat atau kekuasaan," tambahnya.
Sementara itu, ia menyebut peristiwa ini tidak hanya sekali terjadi, sebagai contoh kasus penganiayaan DO oleh MDS yang merupakan anak RA, pejabat Direktorat Jenderal Pajak.
Serta GRT, anak DPRD yang menganiaya pacarnya hingga tewas dan masih banyak lagi.
BACA JUGA:Denny Sumargo dan Farhat Abbas Resmi Damai, Terima Surat Cabut Laporan Polisi
BACA JUGA:KA Sritanjung Putus Rangkaian di Stasiun Jember, KAI Buka Suara
"Jika diingat sejak saya SMP dan SMA (akhir 1980an dan awal 1990an), tindak kekerasan oleh pelajar terhadap pelajar lainnya seringkali dilatari karena dekatnya pelaku kekerasan dengan pihak-pihak yang memiliki kuasa (anak tentara, pejabat, dan lain sebagainya)," jelasnya.
Tindakan kekerasan tersebut juga merupakan manifestasi superioritas pelaku kekerasan terhadap siswa lain yang dianggap inferior.
Hal senada juga disampaikan oleh psikolog Gita Irianda Rizkyani Medellu, S.Psi., M.Psi yang menjelaskan bahwa kedekatan seorang dengan tokoh yang memiliki kekuasaan bisa membuat seorang merasa superior.
"Terutama bila ia memiliki koneksi langsung dan sudah lama berada di circle tersebut. Hal ini akan mempengaruhi dentitas sosial seseorang, yaitu konsep diri seseorang yang didasarkan salah satunya melalui afiliasi sosial seseorang," terang Gita ketika dihubungi Disway.id, 18 Desember 2024.
BACA JUGA:KA Sritanjung Putus Rangkaian di Stasiun Jember, KAI Buka Suara
BACA JUGA:Kritik Keras Pakar UGM soal OJK Ganti Nama Pinjol Jadi Pindar: Sesat Pikir!
Ia mengutip penjelasan ahli Henry Tajfei yang mengatakan bahwa identitas tersebut memberikan sense dan posisi orang tersebut di lingkungan.