BACA JUGA:Kebakaran Glodok Plaza Diduga Bermula dari Lantai 9, Ini Kata Seorang Saksi
Hal ini membuat para tahanan dari pulau lain ikut ditampung di penjara yang dahulu namanya adalah Strafinrichting Glodok.
Tahanan ini diketahui menjalani beberapa hukuman, seperti penahanan ringan sampai penyiksaan oleh tentara Belanda karena dianggap tidak patuh.
Karena berfungsi sebagai lokasi penampungan pelaku kejahatan hingga maling kelas bahwa membuat penjara tersebut dianggap sebagai 'sumber' kematian karena kondisinya yang tak layak.
Di tahun 1940-an, Wakil Presiden Republik Indonesia pertama, Mohammad Hatta atau Bung Hatta disebut-sebut pernah juga menjadi tahanan di penjara Glodok.
Kala itu, tokoh proklamator tersebut dipenjara kurang lebih selama 10 bulan oleh Belanda.
BACA JUGA:1 Korban Tewas Kebakaran Glodok Plaza Ditemukan di Lantai 8
Hal ini yang menjadi awal kehidupannya di penjara, sebelum akhirnya diasingkan ke Boven Digul sampai dipindahkan ke Pulau Banda Neira.
Kemudian, pada tahun 1960-an penjara Glodok masih digunakan sebagai tempat untuk menahan orang-orang yang tak dianggap nasionalis serta berorientasi Barat.
Bahkan, band legendaris Indonesia, Koes Plus yang kala itu masih bernama Koes Bersaudara juga turut di tahan.
Mulanya Yon Koeswoyo, vokalis band ini dipanggil oleh rezim Soekarno di tahun 1965 hingga dipenjarakan di LPK Glodok karena dinilai telah memainkan musik barat ala The Beatles.
Memang, pada zaman tersebut Indonesia tengah dekat dengan Uni Soviet dan China, sebuah negara komunis yang bermusuhan dengan negara Barat.
BACA JUGA:Kebakaran di Glodok Plaza, 21 Unit dan 105 Personel ke TKP
Jadi Pusat Dagang Elektronik Terbesar di Asia Tenggara
Di tahun 1990, Glodok Plaza menjadi salah satu pusat perdagangan elektronik terbesar di Asia Tenggara.
Tak lama, pada tahun 2001, Glodok Plaza akhirnya diresmikan kembali setelah melakukan renovasi berkonsep lebih cerah dengan 8 lantai plus 1 basement.
Plaza Hotel Glodok sebagai anchor tenant yang ada di Glodok Plaza juga diresmikan di tahun 2010.