Gerak periodik bulan juga telah lama digunakan dalam menentukan waktu tahunan, terutama dalam kaitannya dengan pergantian bulan pada kalender lunar, seperti kalender Hijriah.
Gerak Periodik Bulan
BACA JUGA:Gempabumi M5.4 Guncang Kota Banda Aceh, BNPB: Waspada Gempa Susulan!
BACA JUGA:Wow! KKN Mahasiswa UGM Bakal Lintas Negara, Dikirim ke Timor Leste
Berdasarkan penampakannya, gerak periodik bulan dapat diklasifikasikan menjadi gerak periodik sideral dan sinodik.
Gerak sideral bulan adalah gerak revolusi bulan mengelilingi bumi yang diukur berdasarkan posisi relatifnya terhadap objek tetap langit (seperti bintang, galaksi, atau kuasar).
Satu periode sideral diukur setelah bulan mengelilingi bumi selama 27,32 hari.
“Sementara pada periode sinodik yang dijadikan patokan satu gerak revolusi adalah melalui penampakan fase-fase bulan dengan lama 29,53 hari,” katanya.
Perlu diketahui bahwa orbit bulan tidaklah bulat sempurna, melainkan berbentuk elips yang mengelilingi bumi dengan kemiringan sekitar 5,1 derajat terhadap bidang orbit bumi saat mengelilingi matahari.
BACA JUGA:Kronologi Bocah Digigit Buaya Muara Sepanjang 2 Meter di Desa Kohod Tangerang Dibeberkan Warga
BACA JUGA:Ini Dia Tren Baju Lebaran Wanita di Lampung
Akibat dari kemiringan inilah muncul fase-fase bulan, mulai dari bulan baru, sabit muda, purnama, hingga sabit tua.
“Perbedaan antara lama periode sideral dan sinodik terletak pada fakta bahwa selain mengorbit bumi, bulan juga mengikuti gerak orbit bumi mengelilingi matahari,” ucapnya.
Fase Bulan Baru
Lebih lanjut, fase bulan baru terjadi ketika bulan berada segaris dengan matahari dan bumi (konjungsi).
Sedangkan ketika bulan mulai bergeser sedikit dari posisi ini, pengamat di bumi dapat melihat sedikit cahaya matahari yang terpantul dari sebagian kecil permukaan bulan.