JAKARTA, DISWAY.ID - Pada Selasa, 8 April 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia mengalami penurunan drastis hingga 9,19% yang mengakibatkan penghentian sementara perdagangan saham (trading halt).
Penurunan ini menyulut kekhawatiran di kalangan pelaku pasar dan ekonom, yang menyebutnya sebagai sinyal bahaya bagi perekonomian Indonesia.
Ekonom sekaligus pakar kebijakan publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, menilai penurunan IHSG yang tajam ini menunjukkan bahwa tekanan jual di pasar saham Indonesia masih sangat kuat.
BACA JUGA:SYOK! IHSG Anjlok Nyaris 10% Kompak Loyo Bareng Rupiah, Ekonomi RI Terhempas Badai
"Indeks tetap terkapar di zona merah, yang mengonfirmasi bahwa tekanan jual masih sangat kuat," ujar Achmad, menegaskan bahwa pasar saham Indonesia tengah berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan.
Achmad juga mengungkapkan bahwa penurunan pasar saham global pada Senin, 7 April 2025, seperti yang terjadi pada Indeks STOXX 600 di Eropa yang anjlok 4,5% serta penurunan di pasar saham AS, turut mempengaruhi pasar saham Asia, termasuk Indonesia.
BACA JUGA:Saham IHSG Anjlok, Ekonom Warning: Ini Alarm Bahaya!
Namun, menurutnya, IHSG Indonesia terjerembap lebih dalam dibandingkan dengan pasar saham negara-negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia dan Filipina, yang hanya mengalami koreksi moderat.
"Indonesia menunjukkan kerentanannya lebih besar dibandingkan pasar negara berkembang lainnya. Meskipun Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang relatif sehat, pasar kita justru lebih rapuh terhadap guncangan eksternal," ungkap Achmad.
BACA JUGA:IHSG Anjlok Sebelum Pengumuman Pengurus Danantara, Rosan Roeslani Pede Indeks Kini Berbalik Positif
Penurunan IHSG yang signifikan ini, kata Achmad, bukan hanya akibat arus global, tetapi juga bisa jadi akibat faktor internal yang tersembunyi di balik permukaan, yang membuat pasar saham Indonesia lebih rentan terhadap guncangan.
"Bisa jadi ini adalah manifestasi dari kombinasi masalah internal yang perlu digali lebih dalam," pungkas Achmad.
Dampak dari penurunan IHSG ini menambah ketidakpastian bagi perekonomian Indonesia, yang mungkin perlu perhatian lebih untuk menanggulangi kerentanannya terhadap guncangan global dan internal.