MAKKAH, DISWAY — Mayoritas jamaah haji dari Indonesia umumnya memilih berhaji tamattu.
Mereka melaksanakan umrah wajib terlebih dahulu setelah tiba di Tanah Suci, lalu menunaikan rukun dan wajib haji.
Namun, tidak demikian dengan Muhammad Nasir (59 tahun) dan putrinya, Aulia Purnamasari Nasir (26 tahun), jamaah asal Taroada, Turikale, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
BACA JUGA:Ribuan Jamaah Haji Indonesia Bakal Lontar Jumrah di Lantai 3 Jamarat, Puluhan Petugas Disiagakan
Keduanya memilih berhaji ifrad, jenis haji yang lebih jarang dipilih karena menuntut keteguhan dan kesabaran lebih tinggi.
Mereka tiba di Makkah pada 17 Mei dan sejak itu belum melepas pakaian ihram. “Kami sudah niat dari awal untuk haji ifrad, sejak ikut manasik tahun lalu,” ujar Aulia saat ditemui di penginapannya di Makkah.
BACA JUGA:Evakuasi Estafet Jadi Andalan Petugas Haji Hadapi Kepadatan Ekstrem di Terowongan Mina
Pilihan berhaji ifrad bukan tanpa alasan. Bagi keluarga besar Muhammad Nasir, haji ifrad telah menjadi semacam tradisi turun-temurun.
“Dari nenek kami sudah diajarkan begitu. Di kampung juga kebanyakan begitu. Bahkan dalam kloter kami, cukup banyak yang memilih ifrad,” jelas Aulia.
BACA JUGA:Jamaah Haji Wajib Catat! Ini 9 Imbauan Penting Jelang Armuzna
Dia menyebut bahwa dalam satu rombongan saja terdapat empat orang yang berhaji ifrad, dan di kloter mereka, Kloter 23 dan 40, rata-rata juga melakukan hal serupa.
Persiapan mereka pun terbilang matang.
“Baju ihram kami bawa dua pasang, dicuci dan dipakai bergantian. Pakaian putih memang menjadi keharusan dalam tradisi kami,” kata Muhammad Nasir, yang sehari-hari bekerja sebagai penjahit gorden dan tukang cukur di Maros.
BACA JUGA:Arab Saudi Wajibkan Kurban Haji Lewat Proyek Adahi, PPIH Siapkan Dua Skema
Ya, haji ifrad menuntut jamaah untuk terus dalam keadaan ihram sejak miqat hingga seluruh rangkaian ibadah haji selesai.