JAKARTA, DISWAY.ID-- Panggung sepak bola Asia makin panas! Setelah resmi lolos ke Round 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026, Timnas Indonesia seolah masuk ke kandang singa.
Dari enam negara yang sudah memastikan tiket, lima berasal dari kawasan Timur Tengah yakni Irak, Qatar, Oman, UEA, dan Arab Saudi. Hanya Indonesia satu-satunya "non-Timteng" yang siap melawan badai. Dan badai kali ini bukan cuma soal bola!
Di tengah kepungan timnas kawasan Timteng, penggemar sepak bola tanah air juga dihantui rumor ulah Wasit. Memang permainan bola bukan cuma pemain, tetapi wasit menentukan.
BACA JUGA:Aroma Qatar Curang Lagi Terkuak, FIFA Dituntut Turun Tangan, Timnas Indonesia Waspada di Round 4!
"Main lawan Timteng itu bukan soal taktik doang, bro. Tapi soal mental dan wasit!" Begitu sindiran fans bola yang ramai dibicarakan di medsos.
Ya, bukan rahasia lagi kalau tim-tim Timtem dikenal jago akting di lapangan. Drama jatuh, tarik ulur waktu, dan yang paling bahaya kemampuan mereka ‘bernegosiasi’ dengan keputusan wasit jadi momok tersendiri.
Contohnya, dalam laga hidup-mati lawan Oman, Palestina di ambang kemenangan. Tapi mimpi itu dirampas lewat penalti kontroversial di detik terakhir. Alhasil, Palestina tersingkir secara menyakitkan.
“Itu bukan cuma kontroversi, itu karma yang dipermainkan!” tulis laporan media di Asia.
Indonesia Berpotensi 1 Grup dengan Qatar, Negara 'Langganan Privilege'
Timnas Indonesia belum tahu siapa lawan pastinya di Round 4. Namun spekulasi sudah berkembang. Qatar berpotensi satu grup dengan Indonesia.
Bukan kabar yang bikin nyaman. Apalagi Qatar dikenal dekat dengan kekuasaan FIFA dan AFC.
Di Piala Dunia 2022 saja, banyak netizen menuding berbagai ‘fasilitas ekstra’ diberikan ke tuan rumah itu. Nah, bayangkan kalau Indonesia nanti harus tanding mati-matian melawan Qatar di kandang netral atau bahkan di kandang lawan yang super "ramah wasit".
Kekhawatiran juga dirasakan Shin Tae-yong (STY) yang tetap memantau persepak bolaan nasional. Mantan pelatih Timnas itu buka suara soal bahaya yang akan dihadapi Garuda.
"Organisasi bertahan dan serangan harus ditingkatkan. Ini soal bagaimana cari celah lemah mereka. Saya percaya hasil positif bisa didapat,” ujar STY.