JAKARTA, DISWAY.ID - Kondisi geopolitik di Timur Tengah tentunya akan berdampak pada pasar crypto dan Bitcoin.
Perang Israel-Iran jika berkepanjangan akan mengakibatkan konflik regional dan berdampak pada harga minyak dunia, sehingga berujung pada pergerakan harga Bitcoin.
Untuk para trader kondisi ini membuat mereka harus lebih hati-hati ketika melakukan futures trading crypto.
Pasalnya harga crypto maupun Bitcoin bisa saja mengalami penurunan tajam secara mendadak sehingga menimbulkan resiko kerugian.
BACA JUGA:Investor Khawatir Konflik Iran vs Israel Menyebar, Harga Bitcoin Jadi Ambruk!
Sehingga sebelum membeli Bitcoin futures, maka langkah yang harus kamu dilakukan dengan riset dan analisa. Kamu bisa menganalisa secara fundamental terkait ketegangan Timur tengah, atau analisa teknikal melalui pergerakan harga Bitcoin.
Dilansir dari Beincrypto, analis menyatakan bahawa ketegangan geopolitik yang terjadi di Timur tengah memiliki pengaruh terhadap nilai Bitcoin. Bahkan Jika situasi terus membara, maka dampaknya dapat menjalar ke pasar crypto dan Bitcoin, hingga mempengaruhi portofolio para investor.
Berita Crypto Terkini: Serangan Iran Dapat Mendorong Inflasi AS hingga 5 Persen
Dalam edisi sebelumnya dari US Crypto News, melaporkan bahwa indeks CPI AS menunjukkan inflasi sedikit menurun menjadi 2,4% pada Mei. Angka ini lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 2,5%, bersamaan dengan berita baik dari negosiasi dagang antara AS dan Cina.
Namun saat ini, JPMorgan memprediksi inflasi CPI AS dapat melonjak hingga 5% jika Israel melakukan serangan terhadap Iran. Proyeksi ini muncul seiring dengan dampak yang mungkin terjadi terhadap harga minyak.
Memang, serangan terhadap Iran dapat mengganggu ekspor minyaknya (sekitar 1,5 juta barel per hari). Penting untuk dicatat bahwa negara ini memiliki cadangan minyak yang besar dan merupakan produsen terbesar ketiga dalam OPEC.
Gangguan pada pasokan ke pasar global dapat menimbulkan kelangkaan, dan JPMorgan memperkirakan bahwa harga minyak bisa meroket hingga US$120. Jika hal terjadi, tentunya banyak negara di dunia akan mengalami gejolak ekonomi yang signifikan.
BACA JUGA:Masih Pakai Uang Cash? Bitcoin vs Uang Fiat Jadi Tren di Era Digital
Untuk mempermudah gambaran, pada 11 Juni lalu, harga minyak dunia mengalami peningkatan hingga 4%. Hal ini merupakan titik tertinggi dalam dua bulan seiring meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, dimana Israel tengah mempersiapkan serangannya ke Iran.
Bahkan kenaikan minyak ini muncul ketika terjadi berita bahwa AS bersiap untuk mengevakuasi kedutaan mereka di Irak karena masalah keamanan yang semakin serius. Dimana Israel terindikasi akan melakukan serangan terhadap Iran.
Merujuk pada informasi dari Administrasi Informasi Energi AS, Reuters melaporkan bahwa stok minyak mentah di AS turun 3,6 juta barrel pada Rabu, padahal analis hanya memprediksi penurunan sebesar 2 juta barel.