JAKARTA, DISWAY.ID - Para guru di daerah bencana termasuk Papua Pegunungan mendapatkan trauma healing.
Tidak hanya bangunan sekolah yang hancur akibat konflik sosial di Distrik Anggruk, Papua Pegunungan, Maret lalu.
Para guru yang menjadi korban juga mengalami luka tak kasat mata—trauma psikologis yang mengganggu tidur, rasa aman, hingga kepercayaan diri untuk kembali mengajar.
Untuk itu, Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) bekerja sama dengan Direktorat PK–PLK Kemendikdasmen menggelar program “Training as Healing”, sebuah pelatihan pemulihan psikologis yang dirancang khusus bagi para guru penyintas bencana sosial.
BACA JUGA:Usai Sandang Status Janda dari Sule, Nathalie Holscher Ngaku Tak Trauma Buat Nikah Lagi
Selama empat hari (17–20 Juni 2025), sebanyak 80 peserta yang terdiri dari guru-guru pengungsi di Sentani, Dekai, dan Wamena diberikan berbagai terapi psikososial oleh para psikolog HIMPSI.
Fokusnya adalah peningkatan kesehatan mental agar mereka mampu pulih dan berfungsi kembali, baik secara pribadi maupun sebagai pendidik.
“Pemulihan psikologis adalah fondasi bagi keberlanjutan pendidikan di daerah terdampak bencana,” ujar Dr. Andik Matulesy, M.Si., Psikolog, Ketua Umum HIMPSI.
“Kami ingin guru-guru tidak hanya pulih, tetapi juga menjadi agen pemulihan bagi komunitasnya.”
BACA JUGA:Penyidik KPK Geledah dan Sita Barang secara Paksa, Staf Sekjen PDIP Hasto Trauma
Terapi Psikologis
Materi pelatihan mencakup:
Pengenalan dampak psikologis bencana sosial
Teknik pemulihan diri dan komunitas
Simulasi Psychological First Aid (PFA)
Permainan terapeutik yang memulihkan rasa percaya dan aman