“Alhamdulillah, pemerintah daerah juga peduli. Kami ini hanya menjembatani dan mendorong mereka agar bisa maju. Semua demi keberdayaan mereka,” ujarnya penuh semangat.
Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) pertama kali muncul pada tahun 1975 sebagai bentuk partisipasi sosial murni masyarakat. Mereka adalah relawan yang hadir di tengah masyarakat secara sukarela tanpa bayaran.
PSM menjadi salah satu pilar sosial yang membantu pemerintah menjangkau masyarakat rentan di tingkat desa dan kelurahan, terutama dalam kondisi darurat sosial, pendampingan keluarga miskin, disabilitas, lansia, dan anak.
Kini, setelah 50 tahun mengabdi, PSM tetap menjadi garda depan pelayan sosial berbasis komunitas. Keberadaan mereka diakui sebagai bagian penting dari sistem kesejahteraan sosial nasional.
BACA JUGA:Buat Kirgistan Tak Berdaya! Kapten Safira Ika Bersinar, Pelatih Jepang Sampai Terpukau
Rangkaian peringatan ini sekaligus menjadi ajang Silaturahmi Nasional antar-PSM dari seluruh Indonesia, memperkuat jejaring dan memperluas kolaborasi lintas daerah.
Wamensos Agus Jabo dalam arahannya mengajak seluruh PSM untuk tidak hanya menjadi pendamping, tetapi juga menjadi pelopor perubahan sosial.
“PSM adalah pilar utama kebangkitan masyarakat. Tiada hari tanpa pengabdian. Tiada waktu tanpa pelayanan. Mari kita terus bergerak agar masyarakat menjadi berdaya dan mandiri. Di situlah kekuatan negara ini akan lahir,” pungkas Agus Jabo.
Peringatan 50 Tahun PSM ini tidak hanya menjadi perayaan masa lalu, tetapi juga tonggak kebangkitan baru untuk masa depan pelayanan sosial yang lebih kuat, inklusif, dan berkelanjutan.