WASHINGTON, D.C., DISWAY.ID-- Ketegangan politik di Senat Amerika Serikat mencair setelah RUU energi yang sempat menuai kontroversi disahkan.
Namun pengesahan itu dilakukan Senat AS di menit-menit terakhir setelah ada sejumlah perubahan penting.
Salah satu poin yang paling disorot adalah penghapusan pajak tambahan terhadap proyek energi baru dan terbarukan (EBT) seperti angin dan surya, yang sebelumnya diusulkan dalam rancangan awal.
BACA JUGA:Korupsi Pelanggaran HAM Berat Pernah Diusulkan Firli Bahuri, Kini Digaungkan Natalius Pigai
Langkah ini disambut positif oleh pelaku industri energi hijau, meski sejumlah insentif pajak tetap ikut dihapus.
Dalam draft awal RUU, terdapat rencana penghapusan kredit pajak yang selama ini menjadi stimulus bagi pengembangan proyek energi angin dan surya.
Lebih jauh lagi, rancangan tersebut juga mencantumkan pengenaan pajak baru terhadap proyek energi yang dianggap tidak memenuhi standar efisiensi atau keberlanjutan tertentu.
Kebijakan ini menuai protes dari pelaku industri dan sejumlah kelompok pro-lingkungan, karena dianggap dapat menghambat transisi energi bersih di AS.
Situasi berubah setelah terjadi negosiasi alot di menit-menit terakhir antara fraksi Partai Republik dan Demokrat.
Dalam lobi tersebut, sejumlah senator dari Partai Republik menuntut agar pajak tambahan untuk proyek surya dan angin dihapus, dengan alasan pentingnya mendorong investasi energi terbarukan di negara bagian mereka.
“Kami tidak bisa menekan industri energi bersih dengan regulasi tambahan yang membebani, sementara kita sedang berlomba mengurangi ketergantungan energi fosil,” ujar Senator John Thune (R–South Dakota).
Akhirnya, bagian RUU yang memberlakukan pajak tambahan pada proyek angin dan surya yang tak memenuhi standar ketat, resmi dicabut.
Proyek surya dan angin tetap bisa tumbuh, meski tanpa kredit pajak penuh.
Kredit pajak tetap dihapus sebagian, sehingga proyek kecil mungkin lebih berat mengakses pendanaan.