Panel terakhir? Buah apel dan pisang yang dilukis di awal—akhirnya dimakan karena kehabisan waktu dan energi.
Satu lagi karya Deni yang menguras emosi adalah “Dripping”—lukisan logo YouTube berdarah. Simbol bahwa di balik video yang tampak manis, ada air mata dan pengorbanan.
Namun Deni tak berhenti di sana: “Jika tetesan itu terus mengalir, ia akan menjadi samudera. Dan kapal-kapal seni akan bisa berlayar di atasnya.”
BACA JUGA:JETOUR Gelar Pameran di Lima Kota Besar, Bawa Masyarakat Mengenal Kualitas SUV Premium
Kampus Seni Virtual, Mahasiswa dari 6 Negara
Salah satu aspek paling revolusioner dari Painting Explorer adalah model pendidikannya yang mendisrupsi sistem konvensional. Kanal ini membentuk “Kampus Seni Lukis” online, terbuka untuk siapa pun lewat fitur YouTube Membership.
Tak ada batasan usia, domisili, atau ijazah. Yang penting: niat berkarya.
Dari anak usia 9 tahun hingga pensiunan usia 63 tahun, semua bisa jadi mahasiswa Painting Explorer.
Bahkan peserta dari Korea Selatan, Taiwan, Filipina, Jepang, Malaysia, hingga Amerika pun bergabung.
Sistemnya fleksibel: materi bisa diputar kapan saja, tugas dikumpulkan di Google Classroom, dan kritik karya dilakukan secara langsung via YouTube live atau grup WA.
Jenjang kelas pun beragam:
Sit In: hanya menonton kelas
Placement: 1 tugas per bulan
Sketsa & Still Life: teknik dasar bentuk dan spontanitas goresan
Elementer: eksplorasi gaya lukis dan material
Advance: konseptualisasi dan persiapan pameran tunggal