Event Triple Crown Segera Hadir di Indonesia: Mahkota Tertinggi di Dunia Pacuan Kuda

Minggu 06-07-2025,23:04 WIB
Reporter : Fandi Permana
Editor : Fandi Permana

Tantangan utamanya bukan hanya soal jarak yang makin panjang, tapi juga karena standar kualitas yang luar biasa tinggi. Hingga kini, hanya 15 kuda yang pernah sukses menyapu bersih ketiganya. Nijinsky adalah nama terakhir dalam daftar itu, sejak tahun 1970. 

Sejak saat itu, banyak yang nyaris, tapi tak satupun bisa menuntaskan. Yang paling dramatis mungkin adalah Camelot pada 2012, gagal di langkah terakhir St. Leger dan membuat publik Inggris menelan kekecewaan.

Kita lihat di Jepang, Triple Crown dikenal sebagai Sambakan. Terdiri dari:Satsuki Shō (2.000 meter), Tokyo Yūshun / Japanese Derby (2.400 meter), Kikuka Shō (3.000 meter).

Dibentangkan dari bulan April hingga Oktober, mahkota ini menuntut konsistensi selama setengah tahun, sesuatu yang sangat berat dalam dunia balap. Hingga 2023, hanya 8 kuda jantan yang berhasil meraihnya. Terakhir adalah Contrail (2020), menyusul nama-nama legendaris seperti Deep Impact, Orfevre, dan Symboli Rudolf.

Jepang juga memiliki versi Triple Tiara untuk kuda betina, yang terdiri dari: Oka Shō (1.600 meter), Yūshun Himba / Japanese Oaks (2.400 meter), Shūka Shō (2.000 meter). Kuda-kuda betina seperti Apapane, Gentildonna, dan Almond Eye menempatkan diri dalam sejarah sebagai ratu balap sejati. Liberty Island menjadi peraih Triple Tiara terbaru pada tahun 2023.

Australia punya dua versi Triple Crown yang membuat tradisi mereka unik dan lebih kompetitif. Untuk kuda jantan berusia tiga tahun, Triple Crown terdiri dari: Randwick Guineas (1.600 meter), Rosehill Guineas (2.000 meter), Australian Derby (2.400 meter).

Tiga balapan ini dihelat dalam musim gugur, dengan jeda yang ketat dan jarak yang terus meningkat. Tak banyak yang sanggup menaklukkannya. Dua nama besar yang berhasil adalah Octagonal (1996) dan It’s A Dundeel (2013).

Sementara itu, Triple Crown sprinter ditujukan untuk kuda spesialis jarak pendek: Lightning Stakes (1.000 meter), Newmarket Handicap (1.200 meter), TJ Smith Stakes (1.200 meter).

Karena persaingan ketat dan kualitas sprinter Australia yang merata, sangat jarang ada yang bisa menyapu bersih. Tapi jika bicara sprinter terbaik, Black Caviar tetap tak tertandingi: 25 kali menang tanpa pernah kalah, termasuk beberapa dari balapan tersebut.

Di Hong Kong, Triple Crown bukan hanya sulit, tapi nyaris mustahil. Hingga tahun 2025, hanya dua kuda yang berhasil menyapu bersih: River Verdon (1994) dan Voyage Bubble (2025).  

Berbeda dari negara lain, Triple Crown Hong Kong terbuka untuk kuda pacu usia dewasa, bukan hanya tiga tahun. Tiga balapan yang harus dimenangkan adalah: Stewards’ Cup (1.600 meter), Citi Hong Kong Gold Cup (2.000 meter), Champions & Chater Cup (2.400 meter).

Kombinasi stamina, umur, dan konsistensi membuat gelar ini sangat langka dan dihormati. Tidak heran jika hanya dua nama berhasil mencatatkan sejarah dalam lebih dari tiga dekade. 

Meski konsepnya serupa, tiga kemenangan dalam satu musim, Triple Crown di setiap negara punya warna dan tantangan tersendiri. Di Amerika, Inggris, dan Jepang, Triple Crown adalah arena khusus bagi kuda usia 3 tahun. Sementara di Hong Kong, usia tak lagi jadi batasan. Di Australia, bahkan sprinter pun diberi jalur menuju mahkota mereka sendiri.

Triple Crown Indonesia

Triple Crown di Indonesia, meski berbeda rute, namun semangatnya sama: tiga seri balapan berjenjang, yang masing-masing menuntut keunggulan berbeda. Seri I di bulan April (1.200 meter), Seri II di bulan Mei (1.600 meter), dan klimaksnya: Indonesia Derby di bulan Juli sejauh 2.000 meter. 

Sepanjang sejarah PORDASI, baru dua kuda saja yang meraih gelar Triple Crown, yaitu kuda Manik Trisula pada 2002 dan kuda Djohar Manik pada 2014. Dan sejak itu, satu dekade lebih, mahkota itu hanya indah dikenang, namun sulit diulang.

BACA JUGA:Gagah! Polisi Berkuda di CFD Bundaran HI Jadi Incaran Warga Foto Bareng

Kategori :