"Mengenai waktunya (operasional) segera akan dilakukan," pungkas Pram.
Sebelumnya pada Maret 2025 lalu, Dinas LH DKI Jakarta sempat menghentikan sementara uji coba RDF Rorotan imbas adanya protes dari warga sekitar karena menimbulkan bau tak sedap.
Bau tak sedap yang mencemari udara tersebut sampai mengakibatkan belasan anak menderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan radang mata.
Dinas LH pun bergerak cepat dengan menguras seluruh sampah di bunker yang hendak diuji coba diolah di RDF Rorotan. Berat sampah yang dikuras mencapai 800 ton.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, mengatakan, langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas pengelolaan RDF Rorotan agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat sekitar.
BACA JUGA:Robot Canggih Masuk Polri, Bisa Lari 7 Meter per Detik dan Angkat 85 Kg!
BACA JUGA:10 Contoh Yel-Yel MPLS SMP-SMA 2025 yang Unik, Bikin Penampilan Kelompok Makin Keren!
Asep menjelaskan, penyebab utama bau yang sebelumnya dikeluhkan warga adalah karena penggunaan sampah lama dalam proses uji coba.
RDF sendiri dirancang untuk mengolah sampah baru (waste fresh) dengan usia maksimal tiga hari.
Sebagai upaya selanjutnya, DLH DKI akan menambah deodorizer di area produksi dan gudang RDF untuk mengendalikan bau, melengkapi deodorizer yang sebelumnya sudah terpasang di area bunker.
Selain itu, tiga Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) Mobile juga ditambahkan di kawasan Metland, Cakung Timur, dan Harapan Indah, Bekasi, dan Jakarta Garden City guna memantau kualitas udara secara lebih komprehensif.
"Seluruh data pemantauan kualitas udara bisa diakses terbuka untuk umum. Ini adalah bagian dari komitmen kami untuk memastikan keterbukaan informasi serta memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa pengelolaan RDF dilakukan dengan standar yang baik," pungkasnya.