Open-access data pertanian merupakan fondasi utama bagi sistem pangan nasional yang berbasis pengetahuan dan teknologi
Dengan menyediakan akses terbuka terhadap data cuaca, jenis tanah, pola tanam, harga komoditas, hasil panen, serta persebaran hama dan penyakit secara real-time dan historis, berbagai pihak mulai dari petani, peneliti, pembuat kebijakan, hingga startup pertanian dapat membuat keputusan yang lebih tepat, adaptif, dan efisien.
Dari pada membangun sistem robotik mahal, riset AI pertanian di Indonesia sebaiknya fokus pada pengembangan teknologi tepat guna dengan algoritma hemat data berbasis infrastruktur sederhana: smartphone, sensor murah, dan citra satelit publik.
Solusi semacam ini tidak hanya efektif tetapi juga menciptakan peluang kerja baru yang dapat dijangkau oleh lulusan teknologi pertanian.
BACA JUGA:Resmi! Karier Nicolas Jackson di Chelsea Berakhir
BACA JUGA:Segini Besaran Gaji dan Tunjangan Sekolah Kedinasan IPDN, STMKG, dan STPN Tahun 2025
Dalam konteks ini, Center of Excellent Bio-Artificial Intelligence (CoE Bio-AI) yang berada di bawah naungan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (FTP-UB) berperan krusial sebagai pusat pengembangan solusi teknologi berbasis AI yang aplikatif, murah, dan tepat guna.
CoE Bio-AI menjadi pusat penghasil prototipe model prediksi pertanian, sistem pemantauan berbasis AI, dan asisten digital petani yang dapat langsung digunakan oleh masyarakat luas, termasuk oleh petani dengan keterbatasan infrastruktur digital.
Sebagai bagian dari reformasi kurikulum dan transformasi pendidikan tinggi berbasis kecerdasan buatan, FTP-UB pada tahun 2025 meluncurkan program sertifikasi AI internasional bertajuk “AgroAI Frontier: International Certification for Applied Artificial Intelligence in Agricultural Technology”. (*)
*) Prof Yusuf Hendrawan, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya dan Founder CoE Bio-Artificial Intelligence