Anak-anak di Gaza Pingsan karena Kelaparan Seiring Meningkatnya Malnutrisi

Rabu 30-07-2025,08:51 WIB
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Editor : Marieska Harya Virdhani

Akhirnya, setelah cadangan lemak habis, tubuh mulai mengurai protein dari otot.

Kulit menjadi tipis, mata cekung, rambut rapuh, dan muncul pembengkakan di kaki atau perut akibat kekurangan protein.

Pada fase terakhir, bahkan otot jantung ikut terkikis. Sistem imun melemah, membuat tubuh tidak mampu melawan infeksi.

Kematian sering terjadi akibat infeksi ringan atau gangguan irama jantung.

BACA JUGA:Akhirnya Bantuan Masuk Gaza Lewat Rafah, Hamas Sindir Israel: Bantuan Udara Itu Hanya Propaganda

UNICEF memperkirakan 12,2 juta anak di seluruh dunia mengalami malnutrisi parah, dengan Asia Selatan sebagai kawasan paling terdampak.

Anak-anak dengan malnutrisi berat bisa meninggal hanya dalam seminggu tanpa makanan, terutama jika terserang infeksi.

Gejala awal sering tak mencolok: mudah rewel, demam ringan, lalu tiba-tiba pingsan.

“Sering kami mendengar cerita seperti ini dari seorang ibu: ‘Anak saya rewel dan demam. Saya bawa ke dokter, dan dua jam kemudian dia meninggal,’” kata Dr. Kevin Stephenson, pakar malnutrisi dari Washington University.

Dalam kondisi parah, anak-anak bahkan kehilangan kemampuan menelan karena otot rahang melemah dan refleks menelan terganggu.

Ketika otak tak lagi mengirim sinyal lapar, tubuh sudah berada di ambang kegagalan total.

BACA JUGA:Anak Direktur RS Indonesia di Gaza Ungkap Detik-detik Serangan Israel ke Rumahnya: Ayahku Bukan Teroris!

Ironisnya, solusi untuk kelaparan bukanlah teka-teki rumit.

“Perawatan untuk malnutrisi berat sangat sederhana: makanan dan air,” tegas Stephenson.

Anak-anak biasanya diberi pasta kacang kaya kalori atau, jika tak mampu makan, melalui selang khusus.

Namun banyak di antara mereka yang sudah terlalu lemah, berada di ambang kematian yang sebenarnya bisa dicegah.

Kategori :