PERTUMBUHAN ekonomi Indonesia sebesar 5,12 persen (YoY) pada Triwulan II‑2025 merupakan sinyal pemulihan yang penting di tengah ketidakpastian global. Angka ini membuka peluang nyata untuk memperkuat konsumsi domestik. Selain itu, juga membuka peluang untuk menarik investasi berkualitas (khususnya hilirisasi mineral dan manufaktur modern), mempercepat ekonomi digital. Serta,.menyediakan ruang fiskal terbatas untuk investasi infrastruktur produktif dan transisi energi.
Dalam laporan yang disampaikan, pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh kontribusi dari konsumsi rumah tangga dan investasi swasta. Selain itu, pengeluaran pemerintah yang stabil dan ekspor barang dan jasa juga tercatat memberi kontribusi positif.
Di sisi lain, beberapa indikator mikro seperti pada sektor manufaktur dan Foreign Direct Invesment (FDI) di beberapa subsektor menunjukkan risiko pelemahan. Sehingga dibutuhkan kebijakan yang mampu menyeimbangkan stabilisasi jangka pendek dan transformasi struktural jangka panjang. Untuk itu, kualitas pertumbuhan masih perlu menjadi perhatian bersama.
Peluang untuk Melangkah
Mengacu kepada kontribusi sektor dan subsektor, langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia sebaiknya juga diarahkan ke acuan kontribusi tersebut.
Konsumsi rumah tangga masih menyumbang porsi dominan pada PDB, harus terus dikuatkan. Penguatan konsumsi domestik merupakan kesempatan tumbuh bagi sektor ritel, sektor makanan dan minuman, serta sektor jasa. Selain itu, kenaikan konsumsi akan mendorong permintaan domestik untuk barang dan jasa, serta mendorong volume penjualan ritel dan layanan.
BACA JUGA:Prabowo Sang Hero
BACA JUGA:Membendung Ketimpangan PTN dan PTS, Jalan Terjal Mencari Keseimbangan
Kemudian, untuk investasi swasta. Kebijakan hilirisasi mineral, seperti nikel untuk baterai kendaraan elektronik, serta insentif lokasi investasi dapat menarik FDI yang nantinya akan menciptakan nilai tambah lebih besar jika dibandingkan dengan ekspor komoditas mentah.
Namun, pemanfaatan peluang ini memerlukan studi dan kajian mendalam. Terutama pada aspek hilirisasi dan nilai tambah untuk meningkatkan minat investasi global dalam rantai pasok baterai, khususnya di Asia Tenggara.
Selain itu, penetrasi internet dan digitalisasi sistem pembayaran sebagai salah satu bentuk transisi digitalisasi sektor UMKM merupakan peluang peningkatkan produktivitas dan perluasan akses pasar. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan transaksi digital dan nilai pasar yang besar.
Peluang lain yang dapat membantu langkah peningkatan kualitas pertumbuhan perekonomian Indonesia adalah alokasi ruang fiskal untuk infrastruktur produktif dan energi hijau terbarukan. Jika penerimaan dan pendapatan pajak meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi, pemerintah memiliki ruang—meski terbatas—untuk membiayai proyek produktif. Dalam hal ini, belanja produktif dalam pengeluaran pemerintah merupakan prioritas penting untuk meningkatkan produktivitas jangka panjang.
Satu hal lagi adalah eksplorasi peluang ekspor bernilai tambah dengan hilirisasi produk pertanian seperti minyak kelapa sawit, kakao, dan kopi. Dengan hilirisasi yang menghasilkan produk manufaktur dapat mendorong nilai ekspor dan mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi harga komoditas mentah.
Kebijakan yang Pro Rakyat
Dalam menghadapi gejolak ekonomi global yang saat ini terjadi, pemerintah perlu mengambil kebijakan-kebijakan strategis baik dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Berbagai aspek-aspek utama pada kebijakan-kebijakan ini adalah, stabilitas daya beli, stabilisasi harga dan stok pangan, penguatan UMKM, penguatan investasi, dan perluasan insentif hijau pada aspek pembiayaan proyek-proyek strategis.