Hanya saja, karena kebutuhkan ekonomi dia memilih tawaran menjadi tentara bayaran untuk Rusia.
"Kecintaannya terhadap NKRI tidak diragukan namun karena tuntutan kehidupan, begitu sulitnya mendapatkan pekerjaan di Republik ini," tulis Buton, dikutip Minggu, 24 Agustus 2025.
Mantan prajurit Pos Satgas Yonif RK 732/Banau itu mengklaim, Satria dapat dipulangkan karena ketidaktahuannya.
BACA JUGA:Simulasi Kredit Suzuki Fronx 2025 Terbaru: Harga, Cicilan dan Promo Agustus Mulai DP 10 Jutaan
"Sebagai prajurit berpangkat rendah, dia tidak tahu aturan perundang-undangan jika bergabung dengan tentara negara lain akan dicabut kewarganegaraannya," lanjutnya.
Lebih lanjut, Buton menyebut Satria menjual skill tempur semata untuk menghidupi keluarganya.
"Dia tidak berkhianat terhadap negara dengan bergabung dengan OPM, dia hanya menjual skil tempurnya demi menghidupi keluarganya," tuturnya.
"Dari sisi kemanusiaan, dia sangat dinanti kepulangannya oleh keluarga, terutama anak dan istrinya," tambahnya.
BACA JUGA:Ibu Negara Turki Kirim Surat ke Melania Trump, Perjuangkan Hak Anak-anak Gaza
Buton menyebut Satria harus diperjuangkan kepulangannya ke Tanah Air.
Ia bahkan menyinggung pemerintah Indonesia yang memaafkan tindakan OPM yang membunuh TNI Polri ketika mengibarkan bendera putih, tanda menyerah.
"Dia bukan lari dinas untuk kemudian bergabung dengan tetara rusia, tapi sudah cukup lama desersi baru menerima tawaran Rusia.
"Dia siap untuk menjalani putusan hukuman saat desersi dari dinas kemiliteran Indonesia.
BACA JUGA:600 Tentara Korea Utara Tewas Perang Rusia-Ukraina, 2 Pesawat Rusia Mendarat di Pyongyang
"Itulah alasan Satria harus diperjuangkan untuk pulang ke tanah air. Lebih pantas menghukum pejabat negara yang merapok uang rakyat.
"Sementara anggota OPM yang sudah membunuh TNI Polri ketika mengibarkan bendera putih dan menyerahkan diri diterima dan dimaafkan," tukas Buton di TikTok.