BACA JUGA:Saat Google Indonesia Respons Kasus Nadiem Makarim dan Pengadaan Chromebook
Potensi Besar untuk Indonesia
Meski awalnya dikembangkan di Jepang, Ariyanto melihat potensi besar penerapan di tanah air.
Indonesia yang rawan gempa bumi, tanah longsor, hingga banjir, sangat membutuhkan inovasi serupa.
“Saya yakin teknologi ini dapat membantu misi penyelamatan di Indonesia, terutama di wilayah perkotaan padat penduduk,” tegas Ariyanto.
Selain kecoak cyborg, ia juga tengah mengembangkan teknologi bionik lain, mulai dari tangan buatan, eksoskeleton, hingga robot berbasis burung, ikan, dan tikus putih untuk misi khusus.
Dari UNDIP ke Panggung Global
Sejak menempuh studi di UNDIP tahun 2010 hingga doktoral di Osaka, Ariyanto terus aktif dalam riset internasional.
BACA JUGA:Identitas Pelaku Utama Penjarahan Rumah Uya Kuya Sudah Dikantongi Penyidik
UNDIP pun telah menandatangani MoU dengan Osaka University sebagai payung kerja sama riset, pendidikan, dan pengabdian masyarakat.
Meski sempat ditawari menjadi dosen tetap di Jepang, Ariyanto memilih kembali ke Indonesia. “Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan memajukan bangsa ini?” ujarnya.