Hal tersebut membuat skuad Garuda Muda lebih segar dan mampu memberikan kejutan bagi lawan.
Robi Darwis dan Dony Tri Pamungkas tampil konsisten, sementara Dion Markx menjadi palang pintu baru yang kokoh di lini belakang.
Persaingan internal pun semakin ketat, mendorong pemain lain untuk tampil maksimal.
3. Penguasaan Bola Lebih Dominan
Garuda Muda juga menunjukkan perkembangan signifikan dalam hal penguasaan bola.
Gerald Vanenburg menekankan filosofi permainan dominan dengan pengendalian tempo.
Tim tidak lagi sekadar mengandalkan serangan balik, tetapi berani bermain terbuka, mendikte jalannya pertandingan, dan mampu mengatasi tekanan lawan dengan matang.
4. Kebangkitan Rafael Struick
Nama Rafael Struick menjadi sorotan utama. Penyerang muda Dewa United itu sebelumnya dihujani kritik tajam karena dianggap mandul, terutama setelah gagal mencetak gol kontra Laos.
Meski demikian Rafael Struick membuktikan kapasitasnya saat menghadapi Makau. Meski tidak semua peluang berbuah gol, kontribusinya dalam menekan pertahanan lawan sangat vital.
Aksinya seolah menjadi titik kebangkitan Garuda Muda dalam perjuangan menuju Piala Asia U-23 2026.
Presiden Dewa United, Ardian Satya Negara, bahkan ikut membela Struick dari kritik berlebihan.
Menurutnya, publik terlalu cepat menghakimi pemain yang sejatinya masih dalam proses berkembang.
Timnas Indonesia Senior Disamakan dengan Jepang
Kemenangan 6-0 Timnas Indonesia senior atas Taiwan juga menarik perhatian publik.
Patrick Kluivert selaku pelatih memilih untuk merotasi pemain dan tidak menurunkan seluruh skuad terbaik.
Beberapa nama seperti Justin Hubner, Kevin Diks, Calvin Verdonk, dan Ragnar Oratmangoen disimpan dan hanya menyaksikan dari tribun.