730 Hari Luka Palestina, Dompet Dhuafa Teguh Berdiri dalam Misi Kemanusiaan

Rabu 08-10-2025,20:29 WIB
Reporter : M. Ichsan
Editor : M. Ichsan

JAKARTA, DISWAY.ID-- Dua tahun, 730 hari sejak gelombang kekerasan besar pada 7 Oktober 2023, kehidupan di Gaza berubah menjadi rangkaian kehancuran dan kesedihan yang tak henti. 

Apa yang dimulai sebagai serangan berskala besar dan respons militer bereskalasi menjadi krisis kemanusiaan yang melumpuhkan: keluarga yang tercerai-berai, kota-kota yang runtuh, layanan kesehatan yang hancur, dan jutaan orang hidup dalam ketidakpastian sehari-hari.

BACA JUGA:Kemenkes Ungkap Angka Kebahagiaan Orang Indonesia Capai 80 Persen Lebih: Lampaui Jerman!

BACA JUGA:Forum Warga Negara: Koreksi Total Hidup Bernegara, Lawan Malfungsi Kepemimpinan

Secara angka, laporan-laporan yang berbeda menyajikan gambaran mengerikan namun konsisten: jumlah korban tewas di Jalur Gaza telah dilaporkan dalam kisaran puluhan ribu berbagai sumber internasional dan lokal menempatkan total korban tewas antara sekitar 60.000 sampai lebih dari 69.000 jiwa sejak 7 Oktober 2023, 

Sementara korban terluka sekitar 168.000 hingga 170.000 orang, mencapai sebagian besar populasi Gaza. Angka-angka ini diambil dari catatan Kementerian Kesehatan setempat, laporan OCHA, dan jurnalis internasional yang memantau situasi.

“Reruntuhan fisik terlihat di mana-mana. Kota-kota seperti Gaza, Khan Younis, dan Rafah melaporkan kawasan permukimannya hancur total—blok apartemen, pasar, sekolah, dan fasilitas publik berubah menjadi puing,” ujar Dian Mulyadi selaku Direktur Deputi Corporate Secretary. 

BACA JUGA:Kuasa Hukum Persoalkan Legalitas Saksi Ahli Jaksa dalam Kasus Kecelakaan Mahasiswa UGM

BACA JUGA:Bismillah! Mensesneg Yakin Timnas Indonesia Kalahkan Arab Saudi, Ungkap Prabowo Punya Nazar Jika Menang

“Sistem listrik, jaringan air, dan infrastruktur sanitasi mengalami kerusakan berat, sehingga menimbulkan krisis kesehatan tambahan: rumah sakit kekurangan bahan bakar, obat-obatan, dan alat medis, sementara banyak fasilitas kesehatan sendiri yang rusak atau ditutup,” jelasnya. 

Dian Mulyadi juga mengatakan, organisasi PBB dan badan kemanusiaan internasional terus mendokumentasikan tekanan ekstrem pada layanan dasar dan akses yang sangat terbatas untuk bantuan.

Di tengah kehancuran itu terdapat tragedi penyanderaan dan hilangnya orang yang menambah penderitaan keluarga. 

Puluhan warga Israel masih dipandang sebagai sandera di Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023. Laporan-laporan dalam periode dua tahun menunjukkan ada puluhan orang yang masih belum kembali ke keluarga mereka, 

BACA JUGA:Big Bad Wolf (BBW) Books Kembali Hadir di Jakarta dengan Skala Lebih Besar dan Hadiah Spektakuler

BACA JUGA:Soal Pembangunan PSEL Tangsel, Pengamat: Masyarakat Harus Sabar Karena Hasilnya Untuk Masa Depan Anak Cucu

Kategori :