Guru Besar Prodi Farmasi Universitas Esa Unggul Jelaskan Dampak Besar Penemuan Nobel Kedokteran 2025 bagi Masa Depan Pengobatan

Jumat 10-10-2025,19:42 WIB
Reporter : Fandi Permana
Editor : Fandi Permana

Dengan mengangkat kelenjar timus tikus untuk membuat tikus menderita autoimun, kemudian menyuntikkan sel-T dari tikus lain, ternyata tikus yang telah diangkat kelenjar timusnya tersebut terlindungi dari penyakit autoimun. Ini membuktikan adanya sel khusus, yaitu sel T-regulator, yang mengatur agar sistem imun tidak menyerang diri sendiri.

“Beberapa tahun kemudian, pada tahun 2001 Mary Brunkow dan Fred Ramsdell melaporkan penemuan penting lainnya, ketika mereka menjelaskan mengapa suatu galur tikus tertentu sangat rentan terhadap penyakit autoimun. Mereka menemukan bahwa tikus-tikus tersebut memiliki mutasi pada gen yang mereka beri nama Foxp3,” papar Prof. Maksum.

Lebih lanjut ia menjelaskan, mereka juga menunjukkan bahwa mutasi gen Foxp3 pada manusia mengakibatkan penyakit autoimun langka yang disebut sindrom IPEX. Sindrom ini terutama memengaruhi anak laki-laki dan ditandai dengan enteropati (masalah usus), poliendokrinopati (gangguan kelenjar endokrin seperti diabetes Tipe 1), dan dermatitis (eksim).

“Selanjutnya, para peneliti, termasuk Sakaguchi, menunjukkan bahwa gen Foxp3 penting bagi perkembangan sel T-regulator. Artinya, gen inilah yang menentukan keberadaan sel T-regulator,” ungkap Prof. Maksum.

Jangan lewatkan liputan menarik lainnya di https://bit.ly/universitasesaunggul-farmasi-nobel-disway 

Bagaimana Tindak Lanjut Penelitian Berikutnya?

Guru Besar Esa Unggul ini menjelaskan bahwa para peneliti dan pemerhati mengharapkan hasil penelitian para pemenang hadiah Nobel tentang wawasan penting terhadap regulasi sistem imun ini dapat membuka kemungkinan baru dalam berbagai aspek pengobatan.

Menurut Prof. Maksum, hasil penelitian trio peraih hadiah Nobel ini memberikan pemahaman dan contoh nyata bagaimana penelitian fisiologis fundamental dapat memiliki implikasi yang luas bagi kesehatan manusia. Penemuan mereka telah membuka jalan baru untuk melakukan penelitian-penelitian translasional yang menggabungkan aspek penelitian ilmu dasar dengan aspek klinik yang sangat dibutuhkan.

Dampak untuk Pencegahan dan Pengobatan

Prof. Maksum merinci bahwa penemuan ini berdampak pada:

Penyakit Autoimun Pengembangan pencegahan dan pengobatan personal atau individual pada penyakit autoimun seperti multiple sclerosis, penyakit radang usus kronis, diabetes tipe 1, dan rheumatoid arthritis.

Pengobatan Kanker Penemuan ini juga membuka peluang untuk pengembangan terapi kanker yang lebih efektif.

BACA JUGA:Pramono Ingin Jadi Gubernur Jakarta Cuma Satu Periode: Sudah Terlalu Lama Jadi Pejabat

Transplantasi Organ Pemahaman yang lebih baik tentang sistem kekebalan tubuh dapat membantu memastikan sistem kekebalan tubuh pasien tidak menolak jaringan atau organ yang ditransplantasikan, seperti ginjal, hati, dan sumsum tulang.

Terapi Tertarget Telah dikembangkan terapi tertarget atau terapi tepat sasaran untuk menargetkan respons imun secara lebih spesifik melalui rekayasa T-reg.

Lebih dari 200 Uji Klinis Sedang Berlangsung

“Saat ini, terdapat lebih dari 200 uji klinis yang melibatkan T-reg sedang berlangsung di seluruh dunia,” ungkap Prof. Maksum.

Kategori :